Senin 25 May 2020 17:40 WIB

Pascapandemi, Jepang Cari Pendanaan 930 Miliar Dolar AS

Jepang akan mengakhiri keadaan darurat di Tokyo dan sekitarnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pascapandemi corona, pemerintah Jepang mulai mengakhiri keadaan darurat di kawasan Tokyo dan sekitarnya. Berdasarkan laporan Nikkei, pemerintah Jepang mencari pendanaan baru sebesar 1 triliun dolar AS untuk membantu pemulihan perusahaan di kawasan tersebut akibat pandemi Corona.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pascapandemi corona, pemerintah Jepang mulai mengakhiri keadaan darurat di kawasan Tokyo dan sekitarnya. Berdasarkan laporan Nikkei, pemerintah Jepang mencari pendanaan baru sebesar 1 triliun dolar AS untuk membantu pemulihan perusahaan di kawasan tersebut akibat pandemi Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO-- Pascapandemi corona, pemerintah Jepang mulai mengakhiri keadaan darurat di kawasan Tokyo dan sekitarnya. Berdasarkan laporan Nikkei, pemerintah Jepang mencari pendanaan baru sebesar 1 triliun dolar AS untuk membantu pemulihan perusahaan di kawasan tersebut akibat pandemi Corona.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Senin (25/5), pada 14 Mei terjadi penurunan jumlah kasus Covid-19 di Tokyo dan sekitarnya. Hal ini karena diperketatnya pembatasan jarak sosial oleh wilayah tersebut dan sebagian negara lainnya.

Baca Juga

Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan pemerintah telah menerima persetujuan dari penasihat utama untuk menghapus keadaan darurat untuk semua wilayah yang tersisa. Ini akan menjadi pertama kalinya negara ini benar-benar bebas dari keadaan darurat sejak kemunculan kasus pertama satu setengah bulan yang lalu.

"Sementara keadaan darurat akan dicabut, penting untuk memperluas kegiatan ekonomi secara bertahap karena kami membangun cara hidup baru," ujarnya.

Ia telah merekomendasikan kepala penasihat untuk melakukan pemantauan secara ketat di kawasan berfluktuasi corona seperti Tokyo, Kanagawa dan Hokkaido.

Tercatat di Jepang yang merupakan kawasan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini telah lolos dari wabah eksplosif dengan sekitar 17.000 infeksi dan 825 kematian. Namun epidemi tersebut telah menyebabkan resesi dan menurunkan popularitas Perdana Menteri Shinzo Abe ke posisi terendah multi-tahun.

Untuk mencegah ekonomi jatuh di jalur kemerosotan terdalam, pemerintah sedang mempertimbangkan stimulus baru senilai 100 triliun yen atau 930 miliar dolar AS. Sebagian besar terdiri dari bantuan keuangan untuk perusahaan.

Adapun stimulus itu akan didanai oleh anggaran tambahan kedua, menambah rencana pengeluaran 117 triliun yen yang digunakan bulan lalu. Stimulus gabungan akan menjadikan total pengeluaran dalam menanggapi pandemi sekitar 40 persen dari produk domestik bruto Jepang.

Stimulus baru itu akan mencakup anggaran sebesar 60 triliun yen untuk memperluas program pinjaman yang ditawarkan oleh lembaga keuangan swasta dan negara yang berafiliasi kepada perusahaan yang terkena virus. Kemudian anggaran sebesar 27 triliun yen akan disisihkan untuk bantuan lain termasuk suntikan modal untuk perusahaan yang terdampak corona.

Ekonomi Jepang tergelincir ke dalam resesi pada kuartal terakhir, dan analis memperkirakan kontraksi 22 persen lagi pada April-Juni. Pandemi ini memaksa pemerintah untuk menambah tumpukan utang besar Jepang, yang nilainya sudah dua kali ukuran ekonominya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement