REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada istilah yang lumrah di masyarakat bahwa cemburu itu tanda cinta. Namun, cemburu buta dilarang dalam agama, begitulah sekiranya nasihat dari Rasulullah SAW.
Dalam kitab Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin dijelaskan, ketika datang beberapa umat Muslim kepada Rasulullah SAW mengabarkan tentang Sa’ad bin Ubadah. Mereka menceritakan mengenai rasa serta sikap yang akan dilakukan Sa’ad ketika cemburu.
Sa’ad bin Ubadah berkata: "Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku maka aku tebas dia dengan pedang yang tidak dilapisi (disarungkan)." Mendengar hal ini, Nabi pun bersabda: "Apakah kalian kagum pada kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada dia, dan Allah lebih cemburu daripada aku."
Dijelaskan bahwa benar adanya jika Rasulullahlah orang yang paling cemburu terhadap mahram. Sedangkan yang lebih cemburu dari beliau adalah Allah SWT. Oleh karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji baik yang lahir maupun yang batin karena Allah SWT adalah dzat yang paling cemburu.
Namun demikian, jika seorang suami mendapati istrinya berzina dengan laki-laki lain, alangkah baiknya dicari kebenaran faktanya terlebih dahulu. Setelah itu berikan peringatan dan setelahnya barulah penindakan. Penindakan di sini juga tidak boleh keluar dari syariat, termasuk tidak boleh membunuh.