REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen Persik Kediri meminta PSSI untuk membuat payung hukum agar tak terjadi persoalan legal antara klub, pemain, dan pelatih seiring dengan pandemi Covid-19 yang membuat klub kesulitan di sisi finansial.
"Tapi saya sendiri berharap, Pak (Moch) Iriawan selaku Ketua Umum PSSI punya solusi yang brilian dan menggembirakan," ujar Presiden Klub Persik Abdul Hakim Bafagih dalam siaran tertulis yang diterima wartawan di Jakarta, Rabu (27/5).
PSSI sebetulnya telah memberikan kebijakan kepada klub sejak Maret berupa keringanan pembayaran gaji. Namun kejelasan kompetisi yang belum menemui titik terang, tetap membuat klub harus memutar otak agar roda ekonomi klub tetap berjalan.
Persik sendiri menjadi salah satu klub yang mengusulkan agar kompetisi Liga 1 dihentikan secara permanen musim ini. Apabila usul diterima maka PSSI harus memberikan garansi yang jelas agar klub terhindar dari gugatan atau denda.
"Jika kompetisi dihentikan permanen, kami meminta PSSI membuat payung hukum yang jelas. Itu menjadi garansi untuk menghindari klub terkena denda atau gugatan," kata dia.
Sementara klub Jawa Timur lainnya yakni Arema FC memiliki pendapat berbeda. Manajemen Singo Edan setuju untuk melanjutkan kompetisi Liga 1 di tengah pandemi COVID-19, dengan beberapa catatan khusus.
Manajer Arema FC Ruddy Widodo mengatakan bahwa, jika memang dilanjutkan, ada beberapa catatan khusus di antaranya, perlu adanya ketegasan terkait rasionalisasi subsidi dan renegosiasi kontrak bagi para pemain dan pelatih. "Arema FC setuju (kompetisi) dilanjutkan, meskipun semula kami minta dihentikan," kata Ruddy.