Kamis 28 May 2020 15:19 WIB

Kementan Targetkan Ekspor Ubi Jalar Tembus 47 Ribu Ton

Rata-rata ekspor komoditas mentah ubi jalar per tahun sekitar 9-11 ribu ton

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan kinerja ekspor komoditas ubi jalar tahun 2020 bisa mencapai 47 ribu ton per hektare.
Foto: Pixabay/Suanpa
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan kinerja ekspor komoditas ubi jalar tahun 2020 bisa mencapai 47 ribu ton per hektare.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan kinerja ekspor komoditas ubi jalar tahun 2020 bisa mencapai 47 ribu ton per hektare. Peningkatan produktivitas wajib ditingkatkan untuk bisa memperluas pasar ekspor.

Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian, Amirudin Pohan, mengatakan, rata-rata ekspor komoditas mentah ubi jalar per tahun sekitar 9-11 ribu ton. Tahun ini Kementan memasang target tinggi agar kinerja ubi jalar terus meningkat.

Baca Juga

"Sesuai ranah kita, produktivitas harus kita tingkatkan dari 19-20 ton per hektare menjadi lebih dari 20 ton per hektare, kita sudah melakukan penelitian juga untuk menghasilkan benih unggul," kata Amirudin kepada Republika, Kamis (28/5).

Ia menjelaskan, awalnya Kementan menargetkan bantuan benih ubi jalar tahun 2020 seluas 20 ribu hektare. Namun, lantaran adanya pemotongan anggaran akibat pandemi Covid-19, ketersediaan anggaran hanya mencukupi untuk 1.000 hektare.

Namun, kata dia, masih terdapat potensi pembiayaan lain yang bisa diperoleh dari dana CSR perusahaan maupun jika terdapat realokasi anggaran untuk tanaman pangan. "Kita hitung-hitung bisa cukup untuk membiayai hampir 9.000 hektare, kita sudah desain untuk ini," ujarnya.

Adapun rata-rata luas pertanaman ubi jalar secara swadaya oleh masyarakat kini berkisar 86 ribu hektare. Ia menilai, minat petani terhadap ubi jalar sangat tinggi hanya saja diperlukan upaya sentuhan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas serta produk turunannya.

Amirudin mengatakan, ubi jalar juga bisa digunakan sebagai substitusi beras. Di masa pandemi Covid-19 ini, ia menuturkan potensi pangan lokal selain padi, jagung, dan kedelai mesti digencarkan sebagai bagian dari rencana panjang diversifikasi pangan lokal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement