REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam dipercaya lebih dulu sampai ke tanah Papua sebelum agama Kristen. Banyak yang berpendapat bahwa Islam sampai ke tanah Papua antara abad ke-13 sampai ke-17. Sementara itu, organisasi Muhammadiyah sampai ke tanah Papua sejak sekitar tahun 1926.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua Barat, Mulyadi Djaya menyampaikan, Islam pertama kali masuk ke tanah Papua melalui Papua Barat kemudian ke bagian selatan. Melewati Kabupaten Raja Ampat, Bintuni, Fakfak dan Kaimana. Sayangnya sampai sekarang belum bisa dipastikan kapan tepatnya Islam masuk ke tanah Papua.
"Yang tercatat adalah Kristen masuk ke Papua pada 5 Februari 1855," kata Mulyadi saat Bincang Sejarah bertema 'Mencari Jejak Sejarah Lokal Muhammadiyah', Jumat (29/5) malam.
Ia menjelaskan, menurut catatan sejarah, Islam masuk ke Papua ada yang menyatakan sejak abad ke-13, abad ke-14 sampai abad ke-17. Artinya Islam sudah sampai tanah Papua sejak abad 17, sedangkan Kristen sampai ke Papua pada abad 19.
Ia menyampaikan, ada juga agama Islam yang dibawa ke Papua dari Jawa sekitar tahun 1905. Selain itu diketahui ada hubungan antara Aceh dan Papua. Diketahui Teuku Bujang Selamat dari Aceh dibuang oleh Belanda ke Merauke, Papua tahun 1922.
Empat tahun Teuku Bujang Selamat di Merauke berhasil membangun madrasah pertama di sana. Kemudian membangun masjid dan melakukan kegiatan Shalat Ied pertama di sana pada tahun 1926.
Menurut Mulyadi, awal Muhammadiyah hadir di Merauke sekitar tahun 1926. Mulai ada kegiatan yang bercirikan Muhammadiyah yang dikembangkan oleh Teuku Bujang Selamat dengan menggerakkan para pemuda.
"Karena aktivitas beliau (Teuku Bujang Selamat) di Merauke mengembangkan Islam, Belanda memenjarakan dia di penjara Digul (di Papua)," ujarnya.
Di penjara, Teuku Bujang Selamat berpesan kepada orang di Merauke agar mendatangkan dai dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta. Ada tiga dai yang dikirim ke Merauke. Tapi belum dijejaki siapa saja dai-dai tersebut. Itulah periode pertama Muhammadiyah masuk ke tanah Papua
Di periode kedua, Muhammadiyah diterima oleh raja yang berkuasa di wilayah selatan Papua pada tahun 1940. Raja Rumbati ke-16 yang menerima Muhammadiyah di Papua. "Beliau adalah raja yang memiliki kekuasaan dan beliau orang berpendidikan," ujarnya.
Menurutnya, pada zaman Belanda pergerakan Islam dibatasi. Di zaman itu yang boleh berkembang hanya Kristen Protestan dan Katolik.