REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli bidang biomedik Dr dr Karina SpBP-RE mengatakan terapi sel punca atau "stem cell" dapat digunakan untuk terapi penyeimbang imunitas tubuh terutama bagi penderita gangguan autoimun.
"Sel punca dapat digunakan untuk terapi autoimun, jadi bisa diterapkan untuk penyeimbang autoimun," ujar Karina dalam webinar di Jakarta, Ahad (31/5).
Dia menambahkan terapi sel punca juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit degeneratif seperti osteoartritis, diabetes melitus, demensia, alzheimer, dan parkison. Kemudian penyakit kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung koroner.
Selain itu, terapi sel punca juga dapat digunakan untuk antipenuaan dan juga kerusakan organ akibat hal lain. Karina juga mengingatkan bahwa sel punca merupakan sel hidup yang tidak bisa disimpan dalam bentuk kapsul, tablet, krim, ataupun ampul.
"Sel punca tidak bisa disimpan dalam bentuk tablet, krim, kapsul maupun ampul," jelas dia.
Oleh karena itu, dia mengingatkan masyarakat tidak mudah percaya dengan klinik kesehatan yang terapi peremajaan sel atau terapi kesehatan dengan menggunakan sel punca berbentuk pil, krim, serbuk atau ampul.
"Meskipun berupa sel punca bersumber sel buah-buahan tetap tidak bisa disimpan dalam bentuk kapsul, tablet atau ampul," imbuh Karina yang merupakan CEO Yayasan Hayandra Peduli.
Untuk melakukan regenerasi sel, dunia kedokteran mengenal dua sumber sel punca, yakni el punca yang bersumber dari diri sendiri (autologus) dan bersumber dari orang lain (alogenik). Sumber yang paling aman adalah dari diri sendiri dan bisa diambil dari jaringan lemak, sumsum tulang, darah dan kulit pasien.
Sel punca dari orang lain berasal dari tali pusat. Akan tetapi hanya bisa digunakan oleh orang tertentu yang memiliki hubungan darah sangat dekat dengan si pemilik sel punca.
"Saat ini terapi sel punca ini semakin banyak dijadikan sebagai salah satu pilihan masyarakat untuk berobat. Juga digunakan agar awet muda, tetap cantik, tetap ganteng, kulit tetap segar," katanya.