Rabu 03 Jun 2020 16:33 WIB

Dihapus Dari PSN, Pesawat R80 Tetap Perlu Didukung

Nilai strategis industri dirgantara adalah memberdayakan SDM Indonesia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie
Foto: Infografis Republika.co.id
Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah memutuskan menghapus dua proyek pesawat dari daftar proyek strategis nasional (PSN) yang dikembangkan BJ Habibie. Meski demikian, RAI tetap mengharapkan dukungan masyarakat dan menyampaikan apresiasi kepada pemerintah.

Dua proyek pesawat yang dihapus dari PSN adalah pesawat R80 yang saat ini tengah dikembangkan perusahaan swasta milik BJ Habibie yakni PT Regio Aviasi Industri (RAI) dan pesawat N245 yang direncanakan PT Dirgantara Indonesia (DI) (Persero) berdasarkan konsep pesawat terbang CN235 milik Habibie. Meskipun dihapus, pemerintah diharapkan tetap perlu mendukung pengembangan pesawat tersebut.

Baca Juga

Direktur Komunikasi RAI Justin Djogo mengatakan industri penerbangan atau dirgantara memiliki nilai strategis yang amat besar. Pemerintah perlu  mendayagunakan potensi yang ada, untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing bangsa, mengejar ketinggalan.

Justin menuturkan, industri penerbangan harus menjadi salah satu Industri prioritas di masa datang. Terlebih, saat ini Indonesia menjadi pengguna pesawat ATR terbesar, yang sekelas dengan R80 di dunia.

"Jika kita sendiri memproduksi pesawat R80 maka akan memberikan dampak positif dan manfaat strategis bagi perekonomian nasional, daripada kita harus membelinya dari luar negeri," ujar Justin Justin dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (3/6).

Selain itu, Justin menuturkan nilai strategis yang diberikan oleh industri dirgantara nasional adalah memberdayakan dan mengembangkan SDM Indonesia. Selaras dengan perluasan kapasitas industri maka menurutnya kebutuhan dan penyerapan SDM pun akan terjadi.

Dia menegaskan, pada dasarnya R80 dimaksudkan untuk dapat mengisi pasar domestik dan regional menggantikan pesawat asing serta melakukan regenerasi kemampuan teknologi bangsa. Hal tersebut terhenti karena surutnya PT DI di pada tahun 2000-an dan menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement