REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan dampak pembatalan haji pada tahun ini sangat terasa bagi maskapai pelat merah tersebut.
Irfan menyebut pendapatan perusahaan dari penerbangan haji sekira 10 persen dari total pendapatan Garuda. Pembatalan haji mengakibatkan kehilangan pendapatan Garuda cukup signifikan.
"Ini pukulan cukup besar buat Garuda karena dari tahun ke tahun, kami ini selalu menikmati di masa-masa seperti akhir tahun, Lebaran, dan haji," ujar Irfan saat konferensi video di Jakarta, Jumat (5/6).
Seperti masa Lebaran dan akhir tahun, lanjut Irfan, pada masa ibadah haji biasanya Garuda sangat sibuk dan selalu ada pelonjakan pendapatan yang cukup signifikan di masa-masa tersebut. Akibat hal tersebut, Garuda mesti mencari alternatif pendapatan.
Garuda sudah berkomitmen untuk tidak mengambil profit besar dari penerbangan jamaah haji. "Kami sepakat tidak boleh ambil untung dari aktivitas seperti itu. Didoakan sama jamaah yang naik Garuda jauh lebih penting dari pada untung gede," ungkap Irfan.
Kata Irfan, Garuda juga selalu diaudit oleh BPK sehingga perusahaan selalu berkomitmen melakukan pelayanan haji yang maksimal dan tidak mengambil untung terlalu besar.
Garuda masih berharap haji masih terbang, meski akhirnya ternyata batal. Beruntung, Garuda belum melakukan berbagai kesepakat yang mengeluarkan dana cukup besar untuk haji tahun ini. "Semua kami pending habis corona," kata Irfan menambahkan.