REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui dampak pandemi Covid-19 salah satunya paling terasa di dalam industri penerbangan karena dibatasinya mobilisasi. Irfan mengatakan Garuda Indonesia mengalami penurunan pendapatan sangat drastis.
“Untuk Garuda Indonesia sendiri, pendapatan kami menurun hampir di level 90 persenan. Pesawat kita 70 persen parkir digrounded,” kata Irfan dalam sebuah diskusi virtual yang diselenggarakan Balitbang Kementerian Perhubungan, Selasa (2/6).
Dia menjelaskan saat ini tingkat keterisian penumpang Garuda Indonesia di bawah 50 persen. Untuk itu, Irfan merasa dampak pandemi Covid-19 sangat berat bagi Garuda Indonesia dan juga maskapai lainnya.
“Begitu ada goyangan seperti ini akan sangat goyang sekali. Tadi ada grafik yang menyatakan saat awal maret menukik drastis mulai dari penumpang dan pendapatan,” ungkap Irfan.
Irfan menilai, dampak yang begitu berat juga bahkan sangat terasa kepada sektor pariwisata. Bahkan sektor pariwisata sudah terdampak lebih awal dirasakan bisnis perhotelan saat pandemi Covid-19 masih terjadi di hina.
“Contohnya di Bali, Manado, dan Bintan yang menajdi tiga daerah terkena dampak justru ketika Cina pertama kali terimbas,” ujar Irfan.
Meskipun begitu, Irfan menegaskan komitmen Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah yang tidak bisa begitu saja menghentikan penerbangan meski dalam situasi sulit. Irfan menegaskan, Garuda Indonesia juga memiliki tanggung jawab memastikan konektivitas tetap tersambung.
“Oleh sebab itu sejak ada Covid-19 pertama, Garuda Indonesia tetap terbang dan melayani rute yang selama ini dilayani baik itu Amsterdam, Australia, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan termasuk di dalamnya kota di Indonesia. Secara dinamis kita liat load factornya dan kemudian pelan-pelan kita turunkan frekuensi penerbangannya,” ungkap Irfan.