REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 dan harga minyak dunia yang rendah, pembangunan kilang Pertamina dengan investasi besar harus berdampak pada masyarakat. Tuntutan ini menjadi perhatian Pemerintah dan Pertamina sebagai pelaksana proyek RDMP/GRR.
Direktur Megaproyek dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang menyatakan, pembangunan kilang Pertamina yang dikenal dengan megaproyek RDMP dan GRR merupakan proyek strategis yang memberikan manfaat besar, baik bagi masyarakat sekitar maupun secara nasional. Terlebih, pembangunan kilang merupakan proyek dengan investasi yang besar.
"Untuk menjamin keberlanjutan dan kepastian investasi, Pertamina melakukan kerja sama dengan investor-investor global. Contohnya kerja sama dengan CPC pada RDMP Balongan Phase 3," ujar Tallulembang, Jumat (5/6).
Tallulembang menegaskan, kendati mahal, pembangunan kilang Pertamina memberikan efek berganda bagi pembukaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi nasional. Dengan total investasi sekitar 48 miliar dolar AS, RDMP dan GRR akan menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 130 ribu orang saat konstruksi dan sekitar 10 ribu orang saat operasi. Hasil studi menunjukkan efek bagi lapangan pekerjaan akan memberikan dampak 17 kali lipat sehingga membuka jutaan pekerjaan di berbagai sektor.
"Di saat pandemi, maka RDMP dan GRR memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat. Karena itulah, Pertamina tetap menuntaskan pengerjaan kilang dengan penerapan protokol kesehatan dan mengedepankan teknologi digital," kata Tallulembang.
Ia melanjutkan, RDMP dan GRR juga memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas produk BBM yang lebih ramah lingkungan. Proyek RDMP dan GRR juga diyakini membebaskan Indonesia dari ketergantung impor BBM bahkan akan menjadi eksportir BBM terutama solar dan avtur yang diprediksi stoknya lebih besar.