Sabtu 06 Jun 2020 05:05 WIB

Tafsir tentang Pertumbuhan Fisik Manusia dan Hikmahnya

Manusia sesungguhnya diciptakan dalam keadaan lemah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Tafsir tentang Pertumbuhan Fisik Manusia dan Hikmahnya
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Tafsir tentang Pertumbuhan Fisik Manusia dan Hikmahnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh hal yang manusia alami di dunia adalah atas kehendak Allah SWT. Atas kehendak-Nya, saat manusia diciptakan dalam keadaan lemah, ditumbuhkan, dan dilemahkan kembali, Alquran mengabadikan proses tersebut untuk dapat dijadikan pengingat bagi manusia.

Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menafsirkan mengenai pertumbuhan fisik manusia serta hikmah di balik itu. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 54: “Allahulladzi khalaqakum min dha’fin tsumma ja’ala min ba’di dha’fin quwwatan tsumma ja’ala min ba’di quwwatin dha’fan wa syaibatan. Yakhluqu ma yasya wa huwal-alimul-qadir,”.

Baca Juga

Yang artinya: “Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu kekuatan. Kemudian Dia menjadikan sesudah kekuatan itu kelemahan dan uban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa,”.

Menurut Prof Quraish, ayat ini merupakan rangkaian akhir dari empat ayat yang berbicara mengenai perbuatan-perbuatan Allah yang membuktikan keesaan-Nya di surah tersebut. Di ayat ini, argumen yang dikemukakan mencakup keadaan manusia pada tahap paling dini dari kehidupannya sampai ke tahap akhir keberadaannya di atas bumi.

Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut. Lemah di sini maksudnya adalah berasal dari setetes sperma yang bertemu dengan indung telur. Lalu tahap demi tahap meningkat hingga kemudian setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, Allah menjadikan manusia memiliki kekuatan di tahap dewasa dan sempurna umur.

Masa itu (sempurnanya umur) dapat dimungkinkan berlangsung lama. Kemudian setelah belasan tahun dan melewati usia kematangan, Allah kembali menjadikan manusia ke dalam kelemahan dengan hilangnya banyak potensi dengan ciri tumbuhnya uban di kepala.

Beliau berpendapat, kelemahan di dalam ayat tersebut bisa dimaknai sebagai kelemahan manusia dalam menghadapi sekian banyak godaan dan tantangan yang menjadikan semangatnya mendendur. Di sisi lain, terdapat kekuatan yang dianugerahkan Allah berupa kekuatan jiwa untuk menghadapi tantangan. Sesungguhnya, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai hikmah kebijaksanaan-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement