Sabtu 06 Jun 2020 15:40 WIB

Data Gerhana Ungkap Rahasia Korona Matahari

Peneliti menganalisa data 14 gerhana untuk menggambarkan medan magnet korona matahari

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Gerhana matahari tampak di atas kubah masjid di Bangkok, Thailand.
Foto: Soe Zeya Tun/Reuters
Gerhana matahari tampak di atas kubah masjid di Bangkok, Thailand.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Baru-baru ini peneliti dari Universitas Hawai Institute for Astronomy (IfA) telah mempelajari atmosfer terluar matahari yang mengembang ke ruang antarplanet. Dalam studi yang dilakukan itu, ditemukan bahwa sifat-sifat korona matahari, terkait dengan konsekuensi dari medan magnet kompleks yang diproduksi di dalam Matahari.

Mengutip eurekalert, Sabtu (6/6), Mahasiswa pascasarjana IfA Benjamin Boe dalam studinya itu, menggunakan pengamatan gerhana matahari total untuk mengukur medan magnet dengan resolusi yang lebih tinggi. Korona paling mudah terlihat selama gerhana matahari total, yaitu ketika bulan langsung antara Bumi dan Matahari, menghalangi sinar matahari.

Dalam studi yang telah diterbitkan di Astrophysical Journal pada 3 Juni itu, ia menyebut, Korona matahari telah diamati dengan gerhana matahari total selama lebih dari seabad. Namun, tidak pernah ada gambar gerhana yang digunakan untuk mengukur struktur medan magnetnya.

"Saya tahu, untuk mengekstraksi lebih banyak informasi dengan menerapkan teknik pemrosesan perlu gambar modern untuk data gerhana matahari," ujar dia.

Pengamatan ini telah menyebabkan terobosan dalam mengungkap beberapa rahasia proses fisik dalam mendefinisikan korona. Tak hanya itu, kemajuan dalam analisis tersebut juga sangat signifikan hasilnya dalam beberapa dekade terakhir. Utamanya, menggeser sebagian besar analisis ke pengamatan berbasis ruang pada panjang gelombang cahaya.

Dalam proses penelitian itu, Boe menelusuri pola distribusi garis medan magnet di Korona dengan menggunakan metode otomatis yang diterapkan pada gambar korona. Lebih lanjut, dia juga melakukannya dalam 14 gerhana selama 20 tahun terakhir.

Alasannya, data ini memberikan kesempatan untuk mempelajari perubahan dalam korona selama dua siklus magnetik Matahari selama 11 tahun. Diketahui, matahari mengalami siklus aktivitas yang berlangsung selama 11 tahun. Pada 11 tahun matahari akan aktif, pada 11 tahun berikutnya, matahari akan lebih tenang,

Seiring waktu, Boe menemukan bahwa ada struktur berskala yang sangat halus di seluruh korona. Pada gambar dengan resolusi lebih tinggi menunjukkan struktur berskala lebih kecil, yang menyiratkan korona nyatanya lebih terstruktur daripada yang dilaporkan sebelumnya. 

Selama periode aktivitas matahari periode maksimum, medan magnet korona kurang terorganisir. Sementara pada periode solar minimum, bidang korona yang diteliti itu memancar dari dekat khatulistiwa dan kutub matahari.

"Kami tahu akan ada perubahan selama siklus matahari, tetapi kami tidak pernah menduga seberapa luas dan terstrukturnya medan koronal," kata Boe.

Dia melanjutkan, model masa depan diharapkan bisa, dan harus bisa menjelaskan fitur-fitur ini untuk memahami sepenuhnya medan magnet koronal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement