REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pengemudi ojek daring (ojol) di wilayah Jakarta Selatan, mengaku, masih sepi penumpang pada hari pertama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, Senin (8/6). Pengemudi ojek daring di wilayah Stasiun Kalibatadi Jakarta, Dedi (45) mengatakan kondisi belum sepenuhnya normal, hingga pukul 11.00 WIB dirinya belum mendapatkan satu orang penumpang pun.
"Belum stabil betul hari ini, masih susah dapat penumpang," kata Dedi, Senin.
Tapi Dedi mengaku, senang bisa kembali menarik penumpang, setelah hampir dua bulan lamanya tidak bisa mengantar dan jemput penumpang. Menurut dia, selama dilarang membawa penumpang, Dedi hanya mengandalkan layanan pesanan makanan yang nominalnya tidak sebanyak saat bisa menarik penumpang.
"Kalau dulu, Rp 100 ribu sampai Rp 50 ribu sehari bisa dapat. Tapi sekarang, susah," kata Dedi.
Meski telah beroperasi, sejumlah pengendara ojek daring juga dibuat sulit karena banyak wilayah-wilayah yang melakukan karantina (lockdown) lokal. Kondisi tersebut membuat akses pengemudi ojek daring kesulitan untuk mengantar jemput penumpang karena harus memutar jauh.
"Banyak jalan-jalan perumahan yang ditutup gerbangnya, kita jadi muternya jauh, padahal di peta enggak sejauh itu," kata pengemudi ojek daring lainnya, Hendra.
Selama beroperasi, pengemudi ojek daring diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan, di antaranya wajib menyediakan cairan pembersih tangan (handsanitizer) dan wajib memakai masker, sarung tangan, pakaian mulai dari jaket, helm harus bersih dan bersesuaian dengan atribut perusahaan aplikasi tersebut. Begitu juga penumpang ojek daring, diwajibkan mengenakan masker dan membawa helm sendiri.
"Protokol kesehatan pasti kita terapkan, saya sediakan hand sanitizer. kalau penumpang tidak punya masker, juga kita siapkan, termasuk helm. Kecuali penumpang bawa sendiri, ini cuma buat jaga-jaga supaya kita tetap aman berkendara," kata pengemudi ojek daring lainnya, Toto.