Kamis 11 Jun 2020 01:58 WIB

Banjir Sukaresik Tasikmalaya Sudah Jadi Langganan

Banjir Sukaresik itu telah terjadi empat kali selama 2020

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Warga melintasi jalan yang terendam banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (10/6).
Foto: Bayu Adji P
Warga melintasi jalan yang terendam banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Banjir akibat luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang kembali menerjang Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, pada Rabu (10/6). Berdasarkan catatan Republika, banjir akibat luapan Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy itu telah terjadi empat kali sejak awal 2020.

Kepala Desa Tanjungsari, Amas mengatakan, banjir yang terjadi kali ini menyebabkan sekira 50 rumah terendam dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Sementara ketingguan air di jalan bisa mencapai 1 meter. Akibatnya, aktivitas ratusan warga di tiga kedusunan wilayah itu terdampak akibat banjir.

"Banjir ini merupakan luapan dari Sungai Citanduy dan Cikidang. Naiknya ke pemukiman sekira pukul 06.00 WIB," kata dia, Rabu.

Kendati demikian, menurut dia, tak ada warga yang mengungsi. Warga yang rumahnya terendam hanya melakukan evaluasi barang-barang yang terendam banjir ke tempat yang lebih tinggi.

Selain merendam rumah dan jalan, banjir juga menerjang sawah warga. Setidaknya, terdapat 45 hektare sawah warga yang terendam banjir.

Amas mengatakan, sawah-sawah itu baru ditanami oleh pemiliknya. Karena terendam banjir, padi yang baru ditanam itu berpotensi rusak.

Ia menambahkan, banjir yang terjadi di wilayahnya itu telah menjadi langganan setiap kali hujan terjadi dengan intensitas tinggi. Aparat desa, kata dia, berkali-kali membuat laporan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy agar melakukan penanggulangan.

"Masa mau terus seperti ini? Tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut, baik dari pemkab maupun BBWS," kata dia.

Menurut Amas, pemerintah desa sudah mencoba melakukan penanganan semaksimal mungkin dengan melakukan perbaikan irigasi dan saluran sungai. Namun, hal itu masih belum cukup untuk menampung aliran air sungai ketika terjadi hujan lebat.

Salah satu warga yang terdampak banjir, Dian Haerani (39 tahun) mengtakan, hampir setiap terjadi hujan lebat, pasti disusul dengan luapan air sungai yang menyebabkan banjir. Menurut dia, banjir itu selalu membuat warga kesulitan beraktivitas.

Meski rumahnya tak tergenang air, Dian mengaku tak bisa ke mana-mana saat terjadi banjir. Sebab, akses jalan di lingkungannya tergenang air.

"Banjir lebih dari semeter di jalan sana. Kita tak bisa melintas. Apalagi jembatan juga sudah putus di sana akibat banjir kemarin," kata dia.

Ia berharap, ada solusi dari pemerintah terkait banjir yang selalu menerjang Desa Tanjungsari. Sebab, warga sudah bosan harus menghadapi banjir setiap terjadi hujan lebat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement