Rabu 10 Jun 2020 17:13 WIB

Perkuat Ketahanan Diri dan Keluarga Hadapi New Normal

Angka pasien positif terus meningkat karena masyarakat terlena adanya PSBB transisi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Wati, pedagang kaki lima (PKL) Malioboro dengan masker dan pelindung di wajahnya menata pakaian daganganya di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakart. Sejak satu pekan terakhir, sejumlah PKL Malioboro mulai kembali berjualan setelah tutup sejak pertengahan bulan Maret 2020 akibat merebaknya wabah COVID-19
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Wati, pedagang kaki lima (PKL) Malioboro dengan masker dan pelindung di wajahnya menata pakaian daganganya di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakart. Sejak satu pekan terakhir, sejumlah PKL Malioboro mulai kembali berjualan setelah tutup sejak pertengahan bulan Maret 2020 akibat merebaknya wabah COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Setelah diberlakukannya PSBB transisi sejak dua hari lalu kini perkembangan pasien positif Covid-19 terus meningkat. Euforia merayakan akan berakhirnya PSBB yang sudah berlangsung tiga bulan terakhir, kini membeludak.

Koordinator Divisi Pengurangan Risiko Bencana MDMC PP Muhammadiyah Budi Santoso melihat, angka pasien positif terus meningkat karena masyarakat terlena adanya PSBB transisi. Padahal, statusnya masih tanggap darurat.

"Perlu diingat meski saat ini diimplisitkan masa transisi, status sebenarnya masih tanggap darurat Covid-19, baik nasional maupun wilayah," kata Budi dalam Covid-19 Talk: Ketahanan Komunitas dalam Menghadapi Pandemi, Rabu (10/6).

Untuk itu, dia mengingatkan, kewaspadaan pada fase transisi ini harus menjadi kesadaran bersama masyarakat. Sebab, tingkat risiko yang kini terlihat sangat memungkinkan adanya penyebaran virus secara acak ke masyarakat luas.

Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah dr Ahmad Muttaqin Alim menyampaikan, ancaman Covid-19 kian beragam. Ancaman tidak lagi memandang usia, bahkan manifestasi bentuk penyakit yang ditimbulkannya belakangan semakin beragam.

"Covid-19 ini bersifat random, gangguan terjadi bisa melalui pernapasan, gangguan darah yang mengental hingga gangguan multi organ. Misteriousitynya masih luas, acak tidak bisa terprediksi korban yang dikenainya," ujar Alim.

Kondisi yang tergambarkan terlihat memilukan dengan adanya kenyataan virus memang tidak dapat tersebar melainkan terbawa manusia itu sendiri. PSBB transisi menjadikan masyarakat semakin berkegiatan di luar ruangan.

Tidak heran, tingkat penyebaran tentu akan semakin membeludak. Belum lagi kesadaran akan mengikuti protokol kesehatan dengan baik dan kesadaran akan imunitas diri mayoritas masyarakat Indonesia yang masih rendah.

Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PP Aisyiyah, Dyah Suminar menilai, meningkatkan ketahanan hadapi pandemi Covid-19 melalui keluarga merupakan kunci utama masyarakat. Sebab, keluarga jadi sumber kesehatan itu sendiri.

Dia berpendapat, meningkatkan kesadaran akan keselamatan bagi individu harus dimulai dari keluarga. Lalu, akan menjadi baik jika dapat diterapkan minimal kepada satu demi satu lingkungan seperti lingkungan RT.

"Adapun ketahanan yang harus ditingkatkan tentunya pada sektor kesehatan, ketahanan pangan hingga ketahanan menghadapi informasi yang valid terkait pandemi Covid-19," kata Dyah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement