REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pengelolaan energi listrik jadi salah satu yang terpenting untuk konsisten mengurangi krisis pemanasan global. Termasuk, untuk kalangan universitas yang pada umumnya menggunakan energi listrik yang cukup besar.
Beberapa universitas memutuskan untuk mengurangi tatap muka dan digantikan aktivitas daring, sehingga memengaruhi penggunaan energi listrik. Hal ini turut dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Rektor UMY, Dr Gunawan Budiyanto mengatakan, ini sekaligus mengusahakan pengelolalaan energi secara efisien dan efektif selama pandemi. Terutama, lewat aktivitas kuliah daring yang sudah dilaksanakan sejak Maret 2020.
"Sejak berlakunya masa darurat Covid-19, UMY mencoba membuat skenario hybrid learning," kata Gunawan, di webinar seri kelima yang digelar UI Green Metric.
Ia menyatakan, sejak pemberlakuan masa tanggap darurat Covid-19 di DIY dan kegiatan beralih menjadi belajar daring, aktivitas dalam gedung semakin berkurang. Karenanya, UMY mulai melakukan upaya penghematan energi.
Selain itu, tidak melibatkannya ruang kelas membuat UMY mengoptimalkan substitusi sumber energi dan pengelolaan fokus ke peralatan. Dilakukan lewat membuat skema terkecil seperti mematikan lampu di toilet jika tidak dipakai.
Lalu, pengaturan suhu ruangan ber-AC maksimal 22 derajat Celcius. Ini jadi bentuk lain usaha konservasi dan efisiensi yang dilakukan dalam mengurangi penggunaan energi listrik di kampus selama pandemi Covid-19. "Sehingga, menjadi hemat biaya dan hemat energi," ujar Gunawan.
Ia menjelaskan, agar skema aktivitas belajar daring dapat bertahan dan berkelanjutan perlu inisasi dalam penerapan kuliah daring. Maka itu, UMY mengembangkan MyKlass sebagai platform belajar yang digunakan sejak 2016.
Kemudian, pengelolaan energi konservasi di UMY dilakukan melalui beberapa strategi. Dilakukan dengan pemusatan aktivitas yang dikelompokkan ke area tertentu atau ke salah satu gedung, menjadi penerangan terkonsentrasi.
Bahkan, bisa dengan rasio tinggi dan pendingin ruangan terkonsentrasi, serta lebih efisien. Selanjutnya, mengurangi densitas atau pembatasan jumlah peserta di tiap kegiatan seperti rapat rutin, pendadaran, dan seminar.
Hal ini dapat mengurangi peningkatan suhu dalam ruangan dan lebih efisien dalam penggunaan energi listrik. Terakhir, dengan penggeseran beban atau meniadakan kegiatan kampus pada malam hari.
"Sehingga, memerlukan sedikit penerangan lampu dan beban puncak berkurang," kata Gunawan.
Penghematan energi lain yang sudah dilakukan UMY antara lain penggunaan AC dan penerangan ruang kelas yang sudah tidak ada. Serta, gedung perkantoran intensitas penggunaannya semakin dikurangi.
Bahkan, selama pandemi penghematan biaya listrik bisa mencapai 70 persen dan penghematan setara 15 persen biaya operasional UMY per tahun. Selain itu, wujud efisiensi UMY dilakukan dengan cara-cara seperti audit energi berkala.
"Lalu, penggunaan peralatan hemat energi, pemasangan kapasitor bank, dan analisis pemasangan filter aktif," ujarnya.