Kamis 11 Jun 2020 21:42 WIB

8 Orang Positif, 1.000 Warga Desa di Garut di-Swab

Tes swab atau usap di Desa Samida Garut akan dilakukan hingga Jumat (12/6)

Gubernur Jabar Ridwan Kamil memantau pelaksanaan tes swab massal di Kampung Baeud, Desa Samida, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Kamis (11/6).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil memantau pelaksanaan tes swab massal di Kampung Baeud, Desa Samida, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Kamis (11/6).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Seribu warga di Desa Samida, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menjalani tes usap (Swab Test) untuk mendeteksi warga terjangkit COVID-19 ada atau tidak setelah ada delapan orang positif terinfeksi corona di daerah itu.

"Yang di sini seribu (orang), hasilnya bisa diketahui besok (Jumat), nanti akan tahu hasilnya, berharap masyarakat datang ke sini untuk melakukan pemeriksaan supaya ketahuan bahwa daerah sini aman," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman saat meninjau langsung pemeriksaan tes usap di Desa Samida, Kecamatan Selaawi, Kamis (11/6).

Ia menuturkan Pemerintah Kabupaten Garut bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan pemeriksaan tes usap bagi seribu warga di Desa Samida, khususnya di Kampung Baeud yang telah ditemukan warganya positif COVID-19.

Pemeriksaan itu, kata dia, ditargetkan selesai selama dua hari atau sampai berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Desa Samida, Jumat (12/6)."Hari Jumat besok terakhir, kita alhamdulillah mendapatkan bantuan dari provinsi sehingga kita melakukan perlakuan ini (tes usap)," katanya.

Ia menyampaikan pemeriksaan terhadap seluruh warga itu sebagai upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang saat ini masih terjadi penyebarannya.

Seluruh warga, kata dia, tidak perlu khawatir dengan adanya pemeriksaan massal itu karena tujuannya untuk kepentingan bersama agar wabah COVID-19 dapat diketahui dan secepatnya ditangani oleh tim medis.

"Jika hasilnya ada yang positif langsung kita lakukan penanganan, dibawa ke rumah sakit, kalau hasilnya negatif bersyukur, tapi kalau ada positif kita rawat," kata Helmi. Terkait adanya penolakan dari warga, Helmi membenarkan, alasan warga karena khawatir jika ada yang positif maka PSBB atau kampungnya akan kembali diisolasi oleh pemerintah.

Helmi menyampaikan tidak ada rencana memperpanjang PSBB di Desa Samida, meski begitu warga harus mengikuti aturan dengan menjalani pemeriksaan kesehatan, mematuhi protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, jaga jarak dan menjaga kebersihan. "Disangkanya kalau masih ada positif akan ditambah karantina 14 hari, tapi tidak seperti itu, dan semuanya memang harus diperiksa," kata Helmi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement