REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengecam 'premanisme orang rasis' setelah pengunjuk rasa sayap kanan bentrok dengan demonstran anti-rasisme di London. Sementara polisi berusaha memisahkan kedua kelompok tersebut.
Bentrokan pecah di depan stasiun Waterloo. Kembang api sempat ditembakan sebelum polisi menutup daerah tersebut. Di jembatan polisi dilempari batu. Bentrokan-bentrokan kecil terus terjadi di seluruh kota.
"Premanisme rasis tidak punya tempat di jalan-jalan kami, siapa pun yang menyerang polisi kami akan menghadapi kekuatan hukum penuh," kata Johnson di Twitter, Ahad (14/6).
Sebelumnya sekelompok pengunjuk rasa saling dorong dan lempar botol di Trafalgar Square. Kelompok sayap kanan meneriakan hinaan rasial ke pengunjuk rasa anti-rasisme. Mereka juga menggunakan benda logam untuk memecah barisan polisi.
Polisi Metropolitan London mengatakan mereka menangkap lebih dari 100 orang atas pasal penyerangan karena tindakan kekerasan dan serangan terhadap polisi. Enam orang petugas polisi mengalami luka ringan. Sementara badan layanan ambulan mengatakan mereka merawat 15 orang.
"Jelas kelompok sayap kanan memicu kekerasan dan kekacauan di pusat kota London, saya meminta masyarakat untuk menjauh," kata Wali Kota London Sadiq Khan.
Setelah bentrokan di Waterloo, ada sebuah foto yang menunjukan pengunjuk rasa sayap kanan dibawa ke tempat aman oleh pengunjuk rasa Black Lives Matter. Polisi yang segera memperketat keamanan meminta pengunjuk rasa membubarkan diri pada pukul 17.00.
Polisi juga mengatakan akan menyelidiki foto yang tersebar di media sosial yang memperlihatkan seorang laki-laki sedang buang air kecil di makam polisi Keith Palmer. Keith adalah seorang polisi yang tewas ditusuk teroris di luar gedung Parlemen pada tahun 2017.
Kematian George Floyd seorang laki-laki kulit hitam yang tewas ditangan polisi kulit putih di Minneapolis memicu unjuk rasa menentang rasialisme dan brutalitas polisi di seluruh dunia. Puluhan ribu warga Inggris turut menggelar unjuk rasa damai di sejumlah kota.
Setelah kelompok sayap kanan mengumumkan akan memenuhi ke pusat kota. Jumlah pengunjuk rasa di London pada Sabtu (13/6) kemarin lebih sedikit dari biasanya. Aktivis anti-rasisme membatalkan rencana pawai mereka dan mengajak masyarakat melakukan unjuk rasa di berbagai titik.
Patung-patung tokoh sejarah seperti Winston Churcill ditutupi dengan papan. Agar lokasi patung-patung itu tidak menjadi titik kerusuhan atau dirusak pengunjuk rasa yang menilai patung-patung tersebut monumen merayakan rasialisme.
Di dalam dan sekitar Parliament Square, berkumpul ratusan orang yang memakainkaus seragam sepakbola. Mereka menyebut diri mereka sebagai patriot dan menyorakan 'Inggris, Inggris'. Orang-orang itu berkumpul bersama veteran militer untuk melindungi monumen perang Cenotaph.
Kelompok sayap kanan mengatakan mereka ingin membela budaya Inggris. Terutama monumen-monumen sejarah, setelah pengunjuk rasa anti-rasialisme menurunkan patung pedagang budak abad ke-17 ke dalam sungai pada pekan lalu.
"Winston Churchill, salah satu milik kami," teriak para anggota kelompok sayap kanan itu. Pekan lalu patung itu dicoret tulisan 'Churchill orang rasis'.
Churchill memang diakui sebagai pemimpin yang berhasil mengalahkan Nazi Jerman. Tapi pengunjuk rasa anti-rasialisme menilai warisan Churchill dengan lebih menyeluruh, mantan perdana menteri itu memiliki pandangan rasis dan anti-Semit.
"Budaya saya sedang di serang, ini budaya saya dan sejarah Inggris saya, mengapa Churchill harus ditutupi papan? Mengapa Cenotaph diserang? Ini tidak benar," kata salah seorang pengunjuk rasa sayap kanan David Allen.
Unjuk rasa Black Lives Matter juga terjadi di berbagai negara lainnya. Termasuk beberapa kota di Australia, Taipei, Zurich dan Paris.
i