Kamis 18 Jun 2020 10:39 WIB

Gugus Tugas Surabaya Sebut Pemprov Jatim Sering Salah Data

Perbedaan data sering kali karena ada nama maupun alamat ganda.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita (kedua kanan).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita (kedua kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengaku, sebelum memastikan validitas data pasien terkonfirmasi positif Covid-19, pihaknya melakukan tracing dan pengecekan di lapangan secara massif. Pelacakan dilakukan petugas Puskesmas di masing-masing wilayah.

Hal itu untuk memastikan akurasi data yang diterima dari Gugus Tugas Provinsi Jatim. “Jadi pernah saya dapat angka 280 confirm dari provinsi, itu setelah kita teliti ternyata hanya 100. Setelah kita cek lihat (lapangan) ternyata (sisanya) itu bukan orang Surabaya,” kata Febria di Surabaya, Kamis (18/6).

Febria mengatakan, beberapa hari terakhir, data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya yang diterima dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah ditelusuri, ternyata tidak sesuai fakta di lapangan. Misalnya, pada 14 Juni 2020, data yang diterima ada 180 warga Surabaya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, kata dia, setelah dicek di lapangan, hanya 80 orang.

Kemudian, pada 15 Juni 2020, data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang diterima dari Gugus Tugas Jatim sebanyak 280 orang. Tapi, setelah dicek hanya 100 orang. Selanjutnya pada 16 Juni 2020, Gugus Tugas Covid-19 Surabaya menerima data 149 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang.

“Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi. Puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada,” kata Febria.

Menurut Febria, adanya perbedaan data antara Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya, sering kali karena ada nama maupun alamat ganda. Bahkan, ada pula data yang setelah di-tracing ternyata orang itu sudah tidak berdomisili di Surabaya, meski masih menggunakan KTP Surabaya.

“Ada juga dia pakai alamat KTP saudaranya di Surabaya, padahal orangnya tinggalnya di luar kota. Dia ke sini (Surabaya) berobat pakai alamat kakaknya dan itu sering terjadi,” ujar Febria.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement