Sabtu 20 Jun 2020 22:22 WIB

Bukti Memahami Alquran Butuh Ilmu, Tak Cuma Terjemah

Memahami Alquran dibutuhkan ilmu dari bahasa Arab hingga ushul fiqih.

Memahami Alquran dibutuhkan ilmu dari bahasa Arab hingga ushul fiqih. Ilustrasi Alquran.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Memahami Alquran dibutuhkan ilmu dari bahasa Arab hingga ushul fiqih. Ilustrasi Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk mengetahui isi Alquran perlu memiliki pengetahuan bahasa Arab dan ilmu yang terkait dengan bahasa Arab. 

Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, ia berkata: Siapa saja yang membaca Alquran, lalu dia tidak menafsirinya, maka dia layak bagaikan orang buta atau seperti orang Arab Badui. 

Unsur lain yang menguatkan kebutuhan tafsir adalah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam memahami isi Alquran semenjak zaman Nubuwah hingga sekarang. Sebagai contoh Ady bin Hatim bin Tay salah dalam memahami lafaz khaitul abyad sebagai benang putih dan khatul aswad sebagai benang hitam. Ini sebagaimana tersebut dalam ayat 187 surat Al-Baqarah: 

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ  

“...dan makan minumlah kamu, sehingga terang kepadamu benang putih dari benang hitam dari fajar, kemudian sempurnakanlah olehmu puasa hingga malam. 

Ady bin Hatim, sahabat Rasulullah SAW, memahami benang putih dan benang hitam ini menurut harfiahnya saja, hingga Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa yang dimaksud benang putih adalah siang hari dan yang dimaksud benang hitam adalah malam hari. 

Beberapa sahabat Rasulullah SAW ada yang keliru memahami ayat berikut: 

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang yang beriman dan tiada mencampur-baurkan iman mereka dengan sesuatu kezaliman, mereka memperoleh keamanan (pada hari kiamat) dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS Al-An'am: 82). 

Mereka memahami kezaliman di sini adalah kezaliman terhadap diri sendiri karena kedurhakaan. Lalu siapakah yang dapat selamat dari hal ini? Mereka merasa berat untuk memenuhinya, sehingga mereka berkata, ''Lalu siapa orangnya di antara kita yang tidak menzalimi dirinya sendiri?'' 

Lalu Rasulullah SAW menjelaskan bahwa yang dimaksud zalim di sini adalah syirik, berdasarkan pesan Lukmanul Hakim pada anaknya: Sungguh syirik itu zalim yang amat berat. 

Jika orang memperhatikan ayat ini pasti mengerti bahwa iman mereka tidak disusupi syirik. Inilah yang tepat maksud ayat tersebut di atas. 

Banyak contoh lain yang semacam ini yang terjadi di zaman Rasulullah SAW, sehingga beliau selalu menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut. Karena inilah tafsir Alquran benar-benar dibutuhkan.    

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement