REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Ilmuwan menemukan hal baru mengenai Titan, bulan terbesar di Planet Saturnus. Dalam temuan terbaru, ilmuwan menyimpulkan bahwa permukaan Titan memiliki kemiripan dengan kawah gunung berapi.
Pada 15 September 2017, Cassini Orbiter NASA menyelesaikan misinya dengan menyelam ke atmosfer Saturnus. Selama 13 tahun yang dihabiskan mempelajari sistem Saturnus, Cassini mengungkapkan banyak tentang raksasa gas ini dan bulan terbesarnya, Titan.
Di tahun-tahun mendatang, para ilmuwan sangat ingin mengirim misi lain ke Titan untuk menindaklanjuti Cassini. Ilmuwan mengatakan banyak fitur morfologis di wilayah kutub utara Titan yang sangat mirip dengan fitur vulkanik di Bumi.
Menurut penelitian terbaru oleh Planetary Science Institute (PSI), fitur-fitur ini bisa menjadi bukti cryovolcanism yang berlanjut hingga hari ini. Dilansir di Universe Today, Senin (22/6) disebutkan, temuan ini adalah bukti terbaru bahwa Titan memiliki lautan dan mekanisme pemanasan internal, yang bisa juga berarti planet ini menyimpan kehidupan di pedalamannya. Studi ini diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Planets.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Charles A. Wood, seorang ilmuwan data dengan PSI di Tucson, AZ, dengan bantuan Jani Radebaugh, profesor ilmu planet di Universitas Brigham Young yang juga merupakan anggota tim asosiasi dengan tim ilmu radar Cassini.
Dalam penelitian, fitur mirip gunung berapi di wilayah kutub utara Titan tidak seperti yang diidentifikasi di permukaan Titan. Permukaan bulan seperti bukit pasir, sungai, atau danau, yang semuanya kemungkinan merupakan hasil dari proses atmosfer. Terlebih lagi, kehadiran fitur morfologis, kawah runtuh dan depresi kecil, adalah bukti lebih lanjut dari aktivitas cryovolcanic.
Dijelaskan oleh Dr. Wood dalam penelitian ini bahwa hubungan dekat kawah vulkanik dengan danau kutub konsisten dengan asal vulkanik melalui letusan eksplosif.
"Kesegaran yang tampak dari beberapa kawah dapat berarti bahwa gunung berapi relatif baru-baru ini aktif di Titan atau bahkan berlanjut hingga hari ini," kata Dr. Wood.
Adapun mengapa fitur ini ditemukan di wilayah kutub utara, dengan beberapa depresi yang sesuai di wilayah kutub selatan, Dr. Woods dan Prof. Radebaugh memiliki beberapa pemikiran tentang itu juga. Mereka berteori bahwa itu bisa terkait dengan bagaimana kerak es di sekitar kutub rendah lebih hangat dan lebih tipis daripada di daerah lain.
Sebagaimana dicatat, kawah ini juga berfungsi sebagai bukti untuk mekanisme pemanasan internal, mirip dengan apa yang telah diamati pada Europa dan Enceladus (bulan Planet Jupiter). Dalam kedua kasus, tekanan pasang surut yang dihasilkan oleh interaksi dengan planet induknya (Jupiter dan Saturnus) menyebabkan panas menumpuk di dalam inti bulan.
Panas ini kemudian lolos ke permukaan sebagai gumpalan air yang menembus kerak es, sama seperti lava menembus kerak bumi. Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, fitur-fitur tersebut semakin memperkuat gagasan bahwa interior Titan dapat mendukung kehidupan.
"Bahwa fitur-fitur ini berada di daerah kutub, dekat danau metana, dapat mengindikasikan metana, nitrogen, atau beberapa volatil lainnya dapat memberi kekuatan pada mereka. Fitur-fiturnya tampak relatif segar, artinya masih bisa terbentuk hingga saat ini," kata Dr. Wood.