REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi covid-19 menjadi alasan bagi Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (Persero) atau KRAS, Silmy Karim, melepas seluruh kepemilikan saham miliknya di Krakatau Steel. Silmy mengatakan pelepasan saham tak lepas dari kebutuhan pribadi semata.
"Dalam situasi covid, yang mudah dijual salah satunya adalah saham," ujar Silmy saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (22/6).
Silmy menyebut pelepasan kepemilikan saham tidak hanya dilakukan di perusahaan yang ia pimpin, melainkan saham-saham miliknya yang ada di perusahaan lain.
"Saya ada kebutuhan, jadi saya lepas koleksi saham-saham saya termasuk saham lainnya, bukan hanya KRAS, saham lain juga saya lepas," ucap Silmy.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis pada Ahad (21/6), Silmy Karim melepas sekitar 5,4 juta saham KRAS senilai Rp 1,52 miliar dengan harga bervariasi antara Rp 278 hingga 284 pada 11 Februari 2020 yang mengubah porsi kepemilikan Silmy di KRAS dari 0,028 persen menjadi 0 persen.
Sebelumnya, Krakatau Steel membukukan laba bersih senilai 74,1 juta dolar AS atau setara Rp 1,08 triliun pada kuartal I 2020. Capaian laba ini diklaim yang pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.
Perbaikan kinerja Perseroan di kuartal I tersebut terutama disebabkan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 39,8 persen dan penurunan biaya administrasi dan umum sebesar 41,5 persen. Perseroan juga telah melakukan beberapa langkah perbaikan bisnis yang telah dilakukan sejak 2019.
Beberapa upaya yang telah dilakukan perseroan untuk memperbaiki kinerja antara lain melalui program restrukturisasi dan transformasi.
"Salah satunya penurunan biaya operasi induk sebesar 31 persen menjadi 46,8 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama di 2019," ujar Silmy melalui keterangan tertulis, Jumat (29/5).
Kinerja positif Krakatu Steel kuartal I ini, tidak lepas dari keberhasilan dalam melakukan efisiensi. Di awal 2020, Perseroan mampu meningkatkan produktivitas karyawan melalui program optimalisasi tenaga kerja. Pada Januari 2020, optimalisasi kerja meningkat 43 persen jika dibanding 2019.
Selain itu, beban penggunaan energi, consumable, utility, biaya tetap, dan suku cadang mengalami penurunan, sehingga total penurunan biaya di Januari 2020 mencapai 28 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk cash to cash cycle juga mengalami percepatan siklus 40 hari atau sekitar 41 persen pada Desember 2019 dibandingkan periode di sepanjang 2018.
"Dengan berbagai efisiensi tersebut, Krakatau Steel telah melakukan penghematan biaya sebesar 130 juta dolar AS pada kuartal I 2020," kata Silmy.