Selasa 23 Jun 2020 10:35 WIB

Gelombang Tinggi, Nelayan Pandeglang Tetap Nekat Melaut

Kebanyakan nelayan mencari ikan di sekitar Pulau Panaitan dan Pulau Rakata.

Anggota Basarnas Banten melakukan pencarian korban KM Puspita Jaya di sekitar perairan Selat Sunda, Banten, Selasa (23/6/2020). Berdasarkan data Basarnas sebanyak tujuh orang nelayan KM Puspita Jaya dinyatakan hilang akibat kapalnya diterjang ombak hingga tenggelam pada Kamis (18/6), dan pencarian korban tersebut masih dilakukan dengan menyisir di sekitar perairan Selat Sunda.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Anggota Basarnas Banten melakukan pencarian korban KM Puspita Jaya di sekitar perairan Selat Sunda, Banten, Selasa (23/6/2020). Berdasarkan data Basarnas sebanyak tujuh orang nelayan KM Puspita Jaya dinyatakan hilang akibat kapalnya diterjang ombak hingga tenggelam pada Kamis (18/6), dan pencarian korban tersebut masih dilakukan dengan menyisir di sekitar perairan Selat Sunda.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Sejumlah nelayan Teluk Labuan Pandeglang nekat melaut. Meski kondisi Perairan Selat Sunda kurang bersahabat dengan gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan.

"Kami dan nelayan lain di sini tetap melaut karena desakan ekonomi," kata Yanto, seorang nelayan Teluk Labuan Pandeglang, Selasa (23/6).

Nelayan Teluk Labuan Pandeglang mengetahui cuaca buruk di Perairan Selat Sunda yang mengakibatkan sebanyak 16 nelayan mengalami kecelakaan setelah KM Puspita Jaya dihantam gelombang tinggi. Dari 16 nelayan itu, sembilan orang selamat dan tujuh orang lainnya hilang dan mereka hingga lima hari terakhir ini belum ditemukan.

Meski demikian, nelayan di sini tetap melaut karena desakan ekonomi keluarga. "Kami melaut pagi dan kembali ke Teluk Labuan Pandeglang sore hari," katanya menjelaskan.

Karta, nelayan lain, bersama teman lainnya nekat melaut, meski cuaca membahayakan dengan gelombang tinggi disertai angin kencang. Bahkan, dirinya, Senin (22/6) terpaksa berlindung di sekitar pulau kecil di Perairan Selat Sunda untuk menghindari cuaca buruk tersebut.

"Kami sudah biasa jika gelombang tinggi disertai angin kencang bisa menyelamatkan diri dengan berlindung di pulau kecil itu," ujarnya.

Menurut dia, saat ini sulit menangkapikan akibat cuaca kurang bersahabat sehingga terkadang dia pulang dengan tangan kosong. Kebanyakan nelayan di sini nelayan tradisional dengan menggunakan mesin motor sehingga mereka mencari ikan di sekitar perairan Pulau Panaitan dan Pulau Rakata. Sebab, di perairan tersebut banyak ikan tongkol, selam, kue dan cumi-cumi.

"Kami terkadang menangkap ikan di sekitar Pulau Rakata mendapat ikan sebanyak satu ton dan bisa membawa uang bersih Rp 1,5 juta," katanya.

Sementara itu, Kasubsi Basarnas Banten Heru mengimbau nelayan tetap harus waspada gelombang tinggi disertai angin kencang karena beberapa hari terakhir ini Perairan Selat Sunda kurang bersahabat.

"Kami hari ini tengah melakukan pencarian tujuh nelayan Teluk Labuan Pandeglang yang hilang hingga hari kelima belum ditemukan akibat gelombang tinggi dan angin kencang juga hujan deras," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement