REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Tri Rismaharini mengeklaim, tren kasus virus corona atau Covid-19 turun di daerah itu setelah dilakukan rapid test atau tes cepat secara massal. "Dari tes cepat yang kami lakukan di banyak tempat, trennya menurun. Makanya Badan Intelijen Negara meninggalkan Surabaya setelah membantu," kata dia saat konferensi video yang dipantau di Jakarta, Selasa (23/6).
Setelah BIN meninggalkan Surabaya, dia mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan tes cepat secara massal di beberapa tempat sebagai upaya percepatan penanganan virus. Penurunan tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah kota Surabaya yang dibantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BIN.
Selain melakukan tes cepat secara massal, Risma mengatakan, tindakan tegas kepada masyarakat untuk taat protokol kesehatan terus dilakukan di pusat keramaian. Di antaranya perkampungan, pasar, kampung tangguh, industri tangguh, rumah ibadah tangguh, transportasi dan sebagainya.
Meskipun demikian, pada praktiknya Risma mengakui, pelaksanaan pengawasan di tempat-tempat tersebut tergolong berat. Namun, hal itu terus dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus. "Jadi kami lakukan secara konsisten. Setiap hari bahkan malam ada petugas yang piket di beberapa tempat untuk memantau masyarakat yang tidak menggunakan masker dan sebagainya," katanya.
Meskipun angka penambahan jumlah kasus Covid-19, Senin (22/6), di Jawa Timur mencapai 315, politisi PDI-P tersebut membantah trennya naik. "Sebetulnya kalau lihat trennya itu turun. Kita kemarin 200, 300 tapi sekarang turun," ujarnya.
Penurunan tren tersebut, ujar dia, juga dibarengi dengan strategi baru oleh Surabaya dimana tes cepat tidak lagi hanya fokus pada lokasi orang yang terinfeksi saja tetapi juga kepada komunitas-komunitas.