Selasa 23 Jun 2020 17:09 WIB

APBN tak Bisa Bantu Tagihan Listrik Warga yang Bengkak

PLN memikirkan opsi mencicil tagihan listrik warga yang bengkak.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Indira Rezkisari
Warga memeriksa meteran listrik di kompleks rumah susun (Rusun) Petamburan, Jakarta, Ahad (7/6/2020). PT PLN (Persero) menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi kenaikan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen, akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan data rekening tiga bulan terakhir
Foto: ANTARA /RENO ESNIR
Warga memeriksa meteran listrik di kompleks rumah susun (Rusun) Petamburan, Jakarta, Ahad (7/6/2020). PT PLN (Persero) menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi kenaikan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen, akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan data rekening tiga bulan terakhir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih mencari cara untuk bisa meringankan beban tagihan listrik masyarakat yang membengkak. Saat ini satu satunya solusi hanyalah opsi mencicil pembayaran. Pemerintah sulit meringankan beban masyarakat yang tagihannya melonjak ini apabila memakai APBN.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, menjelaskan sebenarnya opsi mencicil pembayaran bagi pelanggan yang tagihan listriknya membengkak sudah dikordinasikan dengan ESDM. Saat itu kata Rida, Pemerintah berdiskusi dengan PLN tentang cara apa yang terbaik untuk mengatasi hal ini.

Baca Juga

"Itu kan hasil kita kordinasi sama PLN ketika ini mencuat. Rapat 5 Juni kemarin. Apa saja nih caranya, itu PLN membantu dengan cicil," ujar Rida saat ditemui di DPR, Selasa (23/6).

Rida menjelaskan jika tagihan listrik yang membengkak ini kembali dibebankan kepada APBN untuk membantu, maka hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Sebab, kata Rida saat ini posisi APBN saja sudah negatif.

"Kalau ke negara mah gampang banget, tapi kan Bu Menkeu kasihan. Itu kan sudah negatif seribu lebih," ujar Rida.

Rida pun tak menampik dampak Covid-19 ini berdampak ke semua elemen masyarakat. Menurutnya Pemerintah perlu membuat skala prioritas masyarakat terdampak Covid-19 dari yang paling parah hingga seterusnya.

"Rumah tangga kan merana, tapi mana yang paling merana itu kan kelompok rumah tangga yang paling bawah. Makanya kan dibayarkan negara," ujar Rida.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement