Kamis 25 Jun 2020 10:47 WIB

WHO Dukung Keputusan Saudi Soal Pembatasan Haji 2020

Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji hanya 1.000 orang tahun ini

Rep: Mabruroh/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Haji (ilustrasi).  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keputusan Arab Saudi untuk tetap membuka ibadah haji 1441 H secara terbatas. Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji hanya 1.000 orang padahal tahun sebelumnya, Makkah mampu menyerap jamaah hampir 2,5 juta dari seluruh dunia.
Foto: Republika
Haji (ilustrasi). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keputusan Arab Saudi untuk tetap membuka ibadah haji 1441 H secara terbatas. Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji hanya 1.000 orang padahal tahun sebelumnya, Makkah mampu menyerap jamaah hampir 2,5 juta dari seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keputusan Arab Saudi untuk tetap membuka ibadah haji 1441 H secara terbatas. Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji hanya 1.000 orang padahal tahun sebelumnya, Makkah mampu menyerap jamaah hampir 2,5 juta dari seluruh dunia.

"Ketika beberapa negara mulai membuka kembali masyarakat dan ekonomi mereka, pertanyaan pentingnya adalah bagaimana mengadakan pertemuan dalam jumlah besar dan melibatkan orang banyak agar tetap aman," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanum, dilansir dari Arab News, pada Kamis (25/6).

Baca Juga

"Termasuk pelaksanaan haji tahunan di mana terjadi pertemuan massa dalam jumlah besar di dunia," sambungnya.

Karena itu, Adhanum menilai keputusan yang diambil kerajaan Saudi tentu berdasarkan penilaian risiko dan analisis berbagai skenario. Sesuai dengan pedoman organisasi untuk melindungi keselamatan para peziarah dan mengurangi risiko infeksi.

WHO, kata dia, mendukung keputusan Arab Saudi. Tentu tambahnya, semua negara harus membuat keputusan sulit untuk tetap menempatkan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama.

"Kami memahami bahwa itu bukan keputusan yang mudah untuk dibuat dan kami juga memahami adanya kekecewaan besar bagi banyak Muslim yang berharap untuk melakukan haji mereka tahun ini," katanya.

"Ini adalah contoh lain dari pilihan sulit yang harus dilakukan semua negara untuk mengutamakan kesehatan," tambah Adhanum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement