Kamis 25 Jun 2020 14:12 WIB

Opsi-Opsi Berqurban yang Bisa Kita Lakukan di Era Pandemi

Berquran di era pandemi bisa dilakukan dengan menjaga prokol kesehatan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Berquran di era pandemi bisa dilakukan dengan menjaga prokol kesehatan. Ilustrasi qurban.
Foto: istimewa
Berquran di era pandemi bisa dilakukan dengan menjaga prokol kesehatan. Ilustrasi qurban.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak di antara kita yang berpikir dan bertanya-tanya, bagaimana sebaiknya penyelenggaraan ibadah qurban kita di tahun ini. Tetap diadakan atau ditunda tahun depan?

Kepala Pusat Departeman Penelitian Halal UGM, Nanung Danar Dono, mengatakan ibadah qurban hukumnya sunnah muakkadah bagi setiap Muslim yang berkemampuan secara finansial. Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

Baca Juga

"مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا"

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami.” (HR Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672).  

"Maka pilihannya adalah tetap diselenggarakan dengan memperhatikan beberapa catatan.Jika kita harus bersikap, maka setidaknya ada tiga opsi yang bisa kita pilih sebagai alternatif," ujar dia dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/6).

Anggota Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bidang Dakwah Yogjakarta ini menjelaskan, pertama, melihat perkembangan wabah Covid-19 yang belum juga menurun, bahkan malah sebaliknya, maka yang paling aman adalah tidak menyelenggarakan prosesi penyembelihan hewan di masjid. Hewan qurban dapat kita salurkan ke berbagai pelosok desa yang lebih membutuhkan. Jika ini menjadi pilihan kita, maka risiko penularan Covid-19 di tempat kita menjadi nol. 

Namun demikian, tentu ini akan membuat banyak pihak kecewa. Karena nikmatnya ibadah qurban itu adalah ketika kita beramai-ramai hadir di masjid untuk menyembelih sapi dan kambing, lalu membagi-bagikan dagingnya ke masyarakat. 

Kedua, jika tetap akan diselenggarakan di kampung halaman, sedapat mungkin hewan disembelih di rumah potong hewan (RPH) resmi, sebagaimana protap dari Dirjen Peternakan. Hewan disembelih di RPH, lalu daging dan tulang-tulangnya bisa dipotong di sekitar masjid dengan tetap mengikuti protokol kesehatan untuk Covid-19. Namun ini agak sulit diterapkan, karena kemampuan RPH tentu sangat terbatas dan sudah pasti overload.  

"Ketiga, seluruh kegiatan, mulai proses penyembelihan hewan qurban, pemotongan daging dan tulang, hingga pengemasan dilaksanakan di area masjid kita. Ini biasanya menjadi opsi yang paling banyak dipilih. Namun, harap disadari bahwa ini tentu risiko tinggi karena kesadaran warga untuk menerapkan protokol kesehatan (memakai masker dengan benar, menjaga jarak aman 1,5-2 meter , sering cuci tangan dengan air sabun/hand sanitizer) terkadang tidak terlalu tinggi,"ujar dia.

Dan juga jika memiliki opsi ketiga, maka takmir harus membuat aturan khusus, misalnya jumlah panitia qurban dibatasi, misal maksimal 20 orang, jumlah hewan qurban dibatasi, misal maksimal tiga ekor sapi. Kemudian anak-anak, lansia, dan warga yang sakit tidak boleh hadir terlibat di masjid, Semua yang hadir tidak boleh merokok dan acara makan siang ditiadakan. 

"Semua pasti kecewa karena tidak bisa menikmati ibadah qurban dengan gembira seperti biasanya. Namun kita semua harus legowo, ikhlas dengan kondisi pandemi ini. Orang yang terkena imbas Covid-19 ini tidak hanya kita, tapi semua orang di seluruh dunia, "ujar dia.  

Dia mengajak umat Islam untuk mengikhlaskan ibadah qurban tahun ini tidak bisa maksimal. Masih ada tahun depan yang insya Allah akan jauh lebih baik. Lebih baik bahagia karena diri terjaga, daripada terinfeksi karena tidak berhati-hati. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement