REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi menanggapi dukungan Unilever terhadap gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ). Sebelumnya, Unilever mendapat kecaman di dunia maya terkait dukungannya itu dan muncul seruan boikot.
KH Muhyiddin mengatakan, bukan hanya Unilever yang mendukung LGBT. Ada beberapa perusahaan yang mendukung LGBT. "Kalau memang kita benar serius ya kita bisa melakukan pemboikotan terhadap produk-produk mereka di Indonesia, karena mereka mendapatkan keuntungan dari kita," kata KH Muhyiddin kepada Republika, Jumat (26/6).
Ia menyampaikan, pemboikotan produk mereka penting agar dijadikan sebagai pembelajaran oleh mereka. Sehingga perusahaan lain yang ingin melakukan hal yang sama dengan Unilever bisa meninjau kembali reaksi dari publik.
Ia menjelaskan, permasalahannya Unilever ini nyaris menguasai produk-produk yang digunakan oleh masyarakat. Kalau memang sudah ada produk-produk perusahaan lain yang tidak mendukung LGBT, tinggalkan saja produk-produk Unilever ini. Sebaiknya begitu kalau memang umat Islam ingin betul-betul melakukan pemboikotan secara masif.
"Memang harus diawali dulu dari imbauan maka publik khususnya umat Islam itu agar tidak menggunakan produk mereka," ujarnya.
Terkait pesan yang ingin disampaikan dari pemboikotan produk ini, KH Muhyiddin menjelaskan, pemboikotan ini mengandung pesan moral bahwa semua agama melarang LGBT. Bukan hanya agama Islam yang melarang LGBT, agama lain juga melarang.
"Yang lebih penting jangan sampai keuntungan dari Unilever itu dipakai untuk mendukung kegiatan-kegiatan LGBT yang secara tidak langsung itu diharamkan oleh agama," jelasnya.
Ia menegaskan, pemboikotan produk mereka juga mengandung pesan agar perusahaan-perusahaan jangan mendukung kegiatan-kegiatan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama. Itu pesannya yang ingin disampaikan dari pemboikotan produk perusahaan yang mendukung kegiatan LGBT.
"Mereka akan mengalami kerugian besar seandainya masyarakat tidak membeli produk mereka karena banyak sekali produk mereka itu," ujarnya.
Dukungan Unilever terhadap gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ+) telah menuai kecaman di dunia maya. Tak sedikit seruan untuk memboikot produk Unilever.
Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso mengatakan, Unilever beroperasi di lebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda. "Secara global dan di Indonesia, Unilever percaya pada keberagaman dan lingkungan yang inklusif," katanya dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (26/6).
Sancoyo mengatakan, Unilever telah beroperasi selama 86 tahun di Indonesia. Unilever selalu menghormati maupun memahami budaya, norma, dan nilai setempat.
"Oleh karena itu, kami akan selalu bertindak dan menyampaikan pesan yang sesuai dengan budaya, norma, dan nilai yang berlaku di Indonesia," katanya.