Pengunjung melihat-lihat bermacam barang bekas di Pasar Loak Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (29/6). Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali menggeliat, setiap hari ramai pengunjung. (FOTO : Edi Yusuf/Republika)
Pengunjung melihat-lihat bermacam barang bekas di Pasar Loak Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (29/6). Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali menggeliat, setiap hari ramai pengunjung. (FOTO : Edi Yusuf/Republika)
Pengunjung melihat-lihat bermacam barang bekas di Pasar Loak Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (29/6). Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali ramai pengunjung. (FOTO : Edi Yusuf/Republika)
Pengunjung melihat-lihat bermacam barang bekas di Pasar Loak Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (29/6). Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali ramai pengunjung. (FOTO : Edi Yusuf/Republika)
Pengunjung melihat-lihat bermacam barang bekas di Pasar Loak Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (29/6). Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali ramai pengunjung. (FOTO : Edi Yusuf/Republika)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Keberadaan pasar loak di beberapa kota biasanya jarang melalui perencanaan tata kota. Timbul secara spontan, ditambah rendahnya kotrol dari aparat. Saat akan ditertibkan kondisi telah terlalu besar dan sulit dikendalikan.
Hal tersebut terjadi pada pasar loak di jalan Astanaanyar, Bandung. Pedahang 'pasar loak' ini berjualan di sisi kiri-kanan jalan sehingga menghabiskan ruas jalan bagi kendaraan.
Setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial, pasar loak terbesar di Kota Bandung ini kembali ramai pengunjung.
sumber : Republika
Advertisement