REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik sekitar satu dolar AS per barel pada akhir perdagangan Senin (29/6). Kenaikan harga ini ditopang data ekonomi bullish dari Asia dan Eropa. Akan tetapi, investor khawatir tentang lonjakan tajam dalam infeksi baru virus corona baru di seluruh dunia.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 69 sen atau 1,7 persen menjadi ditutup pada 41,71 dolar AS per barel. Sementara itu minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah 1,21 dolar AS atau 3,1 persen menjadi menetap pada 39,70 dolar AS per barel.
Data Komisi Eropa pada Senin menunjukkan pemulihan sentimen ekonomi di zona euro meningkat pada Juni dengan perbaikan di semua sektor. Sentimen keseluruhan naik menjadi 75,7 poin pada Juni dari 67,5 pada Mei, meskipun masih jauh dari harapan.
Di China, keuntungan di perusahaan industri naik untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada Mei. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi negara itu.
Indeks-indeks saham AS yang naik secara luas pada hari yang sama, juga menambahkan dukungan untuk harga minyak, yang terkadang mengikuti ekuitas.
Tapi kekhawatiran gelombang kedua pandemi membuat harga tidak naik lebih tinggi. Korban tewas akibat Covid-19 melampaui setengah juta orang pada Ahad (28/6).
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat menerapkan kembali pembatasan setelah terjadi lonjakan dalam beberapa kasus. California memerintahkan bar untuk tutup pada Ahad menyusul langkah serupa di Texas dan Florida. Negara bagian Washington dan kota San Francisco telah menghentikan rencana pembukaan kembali mereka.
"Sementara langkah-langkah lokal ini sendiri tidak mungkin melihat dampak langsung utama pada permintaan, mereka menyoroti risiko signifikan terhadap permintaan bensin," kata JBC Energy.
Brent akan mengakhiri Juni dengan kenaikan bulanan ketiga berturut-turut setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, yang dikenal sebagai OPEC Plus, memperpanjang perjanjian pemangkasan pasokan 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga Juli.
"Pemotongan pasokan OPEC Plus telah membantu menjaga harga minyak bertahan dan setelah kepatuhan hampir 90 persen pada Mei, dalam beberapa hari ke depan kita akan mendapatkan petunjuk data tentang kepatuhan Juni," kata Louise Dickson, analis pasar minyak Rystad Energy.