REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL--Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia Kawasan Amerika-Eropa (PPIDK Amerop) kembali menggelar Simposium Amerika Eropa (SAE) yang diikuti perwakilan mahasiswa Indonesia di luar negeri dari 27 negara di kawasan Amerika Eropa. SAE merupakan ajang diskusi akademis dan ilmiah para mahasiswa Indonesia yang berada di kawasan Amerika dan Eropa.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Syarief Hasan sangat mengapresiasi dan mendukung acara simposium ini. “Saya bangga dan mengapresiasi apa yang dilakukan adik-adik kita di Amerika-Eropa, karena ditengah pandemik seperti ini masih melakukan kegiatan yang produktif dan sangat bagus sekali sebagai bentuk legitimasi akademis," ujar politikus Partai Demokrat tersebut, dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (30/6)
MPR RI sebagai lembaga tinggi negara selalu mendorong peningkatan riset dan teknologi di Indonesia. Apalagi masih kalah dari Singapura dan Malaysia, padahal Indonesia memiliki sumber daya yang sangat besar. Karena itu, ia mendorong pemerintah untuk meningkatkan anggaran penelitian kedepan.
"Karena berkaca dari Covid-19 ini, pemerintah perlu melakukan inovasi dan pengembangan riset yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia," kata Syarif.
Selain itu, Syarif juga mendorong agar pemerintah melibatkan mahasiswa yang berada di luar negeri. Tentunya kualitasnya tidak kalah dengan negara-negara lain, dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. Jangan sampai mahasiwa yang kuliah di luar negeri justru dipekerjakan oleh negara lain dan yang mendapatkan manfaat justru negara lain.
"Mahasiswa Indonesia di luar negeri terus berkarya dan memberikan sumbangsih pikirannya untuk kemajuan Indonesia. Jangan lupa pulang kembali ke Indonesia dan membangun Indonesia bersama," pesan Syarif.
SAE digelar untuk menghasilkan produk akademis yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah Indonesia dan para stakeholder terkait. Tentunya, dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pelajar sebagai kaum akademis. Simposium kali ini merupakan Simposium Amerika-Eropa ke-7 yang diselenggarakan oleh PPIDK Amerop.
Berdasarkan SAE ke-6 yang dilaksanakan di Barcelona tahun 2019 lalu, Istanbul terpilih menjadi tuan rumah penyelenggara acara Simposium Amerika Eropa 2020. Sementara Koordinator Pelaksana SAE Istanbul Daring 2020 ini adalah mahasiswa PhD di Charles University, Prague, sekaligus Ketua PPI Ceko, Choirul Anam.
Acara yang semula direncanakan akan diselenggarakan pada 21-27 Juni 2020 di Istanbul Sabahattin Zaim University digeser jadi tanggal 26-28 Juni 2020 dan digelar secara daring. Mengingat kondisi dunia yang masih dalam keadaan pandemik Covid-19. Simposium dibuka oleh duta besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal. Pada hari pertama dihadiri oleh 77 orang dari wilayah Amerika dan Eropa.
SAE Istanbul Daring 2020 mengangkat tema “Achieving the Sustainable Development Goals: Contriving The Blueprint to Face Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0“ yang dibagi kedalam 5 sub-tema. Pertama soal ekonomi, digitalisasi ekonomi untuk Pembangunan Indonesia dan kedua sektor publik, implementasi big data dalam pelayanan publik.
Ketiga mengenai agrikultur, peran digitalisasi dalam bidang pertanian, peternakan, dan perikanan di Indonesia. Keempat soal pendidikan, pengaruh akademis pada digitalisasi pendidikan dan terakhir terkait seni dan budaya, pengaruh digitalisasi terhadap seni dan budaya di Indonesia.
Masing-masing sub-tema diisi dengan narasumber yang ahli dalam bidangnya yang akan mengarahkan dan berkontribusi terhadap diskusi yang berlangsung. Para peserta yang hadir secara aktif berkontribusi dalam diskusi paralel di masing-masing sub-tema yang dibagi ke dalam lima kelompok diskusi.
PPIDK Amerop 2019/2020 sendiri dipimpin oleh Mohamad Fajar Haqi Ismaya dari PPI Turki dan Ridho Indawan Utomo dari PPI Prancis dengan mengusung Visi Kasmaran yaitu Kekeluargaan dan Semakin Berperan.