Senin 06 Jul 2020 12:39 WIB

Sinar Far UV-C Mampu Bunuh Virus Corona di Udara?

Sinar UC-C jauh tidak berbahaya untuk kulit dan mata manusia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Sinar Ultraviolet C jauh (far UVC) sama efektifnya dengan sinar ultraviolet germisida dalam membasmi virus corona.
Foto: Needpix
Sinar Ultraviolet C jauh (far UVC) sama efektifnya dengan sinar ultraviolet germisida dalam membasmi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menyoroti penggunaan sinar ultraviolet pembunuh kuman yang terbukti mematikan patogen di udara, seperti aneka jenis virus corona. Hanya saja, sinar UV germisida itu sangat berbahaya bagi kulit dan mata manusia.

Tak heran jika UV germisida hanya dapat digunakan untuk mendekontaminasi ruang kosong. Dilansir laman Health24, penelitian menunjukkan sinar UVC jauh (far UV-C) yang memiliki panjang gelombang 207 hingga 222 nanometer sama efektifnya dengan UV germisida di udara.

Baca Juga

Jika dikalibrasi dengan benar, sinar itu tidak akan menembus sel manusia. Dengan begitu, UVC jauh aman digunakan dalam ruang publik yang penuh sesak.

Dalam laporan ilmiah tim peneliti dari Columbia University Irving Medical Center yang diterbitkan di Scientific Reports menemukan penggunaan lampu excimer terfiltrasi yang diatur ke 222 nanometer, secara efektif menonaktifkan dua virus corona dengan jenis yang sangat mirip dengan penyebab Covid-19, di udara. Dua strain itu menyebabkan 15-30 persen infeksi per tahun.

Sesuai batas paparan peraturan saat ini, lampu itu menonaktifkan sekitar 90 persen virus dalam waktu sekitar delapan menit, 95 persen dalam waktu sekitar 11 menit, 99 persen dalam waktu sekitar 16 menit, dan 99,9 persen dalam waktu sekitar 25 menit. Mengingat penyebaran penyakit yang cepat, termasuk melalui orang tanpa gejala (OTG), laporan penelitian itu menilai sangat penting mengeksplorasi teknologi mitigasi praktis yang dapat menonaktifkan virus yang ditularkan di lokasi umum.

Dengan begitu, kita dapat membatasi penularan melalui udara. Karena semua virus corona memiliki ukuran serupa pada tingkat genom, studi itu berhipotesis bahwa cara tersebut akan bekerja dengan baik untuk SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) yang ada di udara.

Cahaya UVC jauh sebelumnya juga terbukti membunuh jenis flu biasa. Temuan itu dapat memberikan langkah efektif dan murah untuk membatasi penularan virus corona di tempat-tempat umum, seperti rumah sakit, angkutan umum, restoran, bandara, dan sekolah.

Menariknya, ketika laporan penelitian itu sedang ditinjau peneliti lain dan diterbitkan dalam jurnal bergengsi, ada beberapa laporan di media sosial yang menyebut penelitian itu sebagai berita palsu. Mungkin karena klaim keliru yang sebelumnya dibuat Presiden AS Donald Trump.

Pada Mei, Trump mengatakan tubuh manusia dapat terkena sinar ultraviolet untuk membunuh virus corona. Para ahli dengan cepat menjelaskan bahwa sinar ultraviolet tidak mungkin membunuh virus corona di paru dan organ tubuh manusia lainnya. Namun, lampu UVC germicida telah digunakan rumah sakit AS untuk membersihkan peralatan mereka secara terbatas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement