REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Relawan perawat Masyarakat Relawan Indonesia - ACT Lhokseumawe, Julia Pitri, secara detil menjelaskan petunjuk pemakaian obat batuk.
Kalimat yang disampaikan pendek-pendek. Pandangannya sesekali berganti ke arah Syuhail, anak kecil dari Rohingya, dan Ziabur Rahman sebagai penerjemah.
"Sebelum diminum, dikocok dulu ya. Lalu dicampur air putih. Sehabis makan,” kata Julia, tangannya memberi contoh, mengayun botol ke atas-bawah secara cepat, dalam keterangan yang didapat Republika, Senin (6/7).
Julia berharap orang tua Syuhail hadir di situ. Ia khawatir Syuhail tidak meminum obat secara rutin atau ada dosisnya kurang tepat.
Namun, Syuhail memang seorang diri dalam kelompok pengungsi Rohingya yang terdampar di pesisir Aceh Utara Rabu pekan lalu. Ia hadir tanpa orang tua. Julia lalu menuliskan dengan spidol aturan kali pemakaian di kardus pembungkus botol. Tulisannya cukup besar: 3x1.
“Mohon bantuannya ya Pak, dipantau minum obatnya,” kata Julia sembari menyerahkan obat milik Syuhail kepada Ziabur Rahman.
Syuhail adalah salah satu pengungsi anak Rohingya yang ikut menikmati layanan kesehatan, Sabtu (4/6) lalu. Menurut pemeriksaan dr. Separta Graha, relawan dokter ACT yang bertugas hari itu, kondisi sejumlah anak memang masih sedikit kelelahan dan efeknya bisa batuk. Hal itu juga bisa disebabkan kondisi lingkungan.
Sejauh ini, kondisi kelelahan juga masih dialami sebagian pengungsi, termasuk orang dewasa. “Kami meminta para pengungsi istirahat yang cukup, minum air putih, dan makan yang baik,” kata dokter dari rumah sakit PMI itu.
Tim Medis ACT untuk pengungsi Rohinya, Melza, menerangkan selain layanan kesehatan berkala, ACT juga menyiagakan Ambulans Pre-Hospital. Armada ini berangkat langsung dari Jakarta bersama tiga armada kemanusiaan lain.
Sesuai koordinasi dengan tim medis berbagai lembaga yang ada di kamp pengungsian, Ambulans Pre-Hospital ACT dinilai memiliki fasilitas memadai. Di antaranya adalah oksigen, ventilator, monitor elektrokardiogram dan suction.
“Ambulans Pre-Hospital ACT juga steril sehingga memungkinkan melakukan bedah ringan di dalam. Kabin juga dilengkapi lampu bedah dan CCTV untuk memantau perawatan yang dilakukan paramedis di dalam ambulans,” ucap Melza.
ACT pun menggandeng relawan dokter dan perawat di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe dalam pelayanan kesehatan. Kedatangan bantuan armada ini sekaligus membawa beberapa stok obat yang kiranya bisa membantu.
Kesehatan pengungsi memang jadi perhatian. Datang di kala pandemi Covid-19, para pengungsi pun langsung menjalani tes cepat oleh otoritas kesehatan Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.