REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK — Pasokan hewan qurban sapi lokal di Depok, Jawa Barat, saat ini berkurang drastis dibandingkan dengan pasokan tahun lalu.
"Kalau tahun lalu bisa membawa sapi 6.200 ekor sekarang hanya 1.500 sapi untuk qurban," kata pemilik Mal Hewan Kurban Haji Doni di Depok, Rabu (8/7).
Ia mengatakan ketatnya pemeriksaan kesehatan sapi-sapi tersebut membuat pasokan sapi berkurang. Namun jika permintaan hewan qurban meningkat pihaknya masih mempunyai sapi-sapi breeding dari Amerika-Brazil dan juga stok sapi nellore yang mencapai 4.200 ekor.
Bila ditotalkan kata Haji Doni persediaan sapi di Mal Hewan Kurban miliknya ini kurang lebih masih sama seperti tahun sebelumnya. Mengenai harga katanya tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun lalu.
Ada tiga kategori sapi yang dijual sesuai harga yaitu menengah dengan harga mulai dari Rp14 juta hingga Rp17 juta, menengah ke atas antara Rp18 juta hingga Rp30 juta dan juga ada harga sapi yang tertinggi mencapai di atas Rp100 juta.
Haji Doni mengatakan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam melakukan transaksi penjualan hewan kurban untuk menghindari penularan COVID-19.
"Pembeli diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memilih hewan qurban, memakai masker dan selalu menjaga jarak," katanya
Penerapan protokol kesehatan ini sesuai dengan arahan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok mengenai hewan kurban.
Haji Doni menjamin kesehatan hewan kurbannya sehingga hewan tersebut memang layak untuk dijadikan qurban pada hari raya Idul Adha 1441 Hijriah.
"Setiap sapi yang dijual di sini telah melewati pemeriksaan kesehatan yang ketat mulai dari mata, kuku, kaki, mulut dan lainnya. Hewan qurban di sini sudah tersertifikasi kesehatannya," katanya.
Jadi kata Haji Doni umat Muslim yang ingin membeli sapi di sini tidak perlu khawatir lagi dengan kesehatan hewan qurban karena telah tersertifikasi sehat.
Ia mengaku untuk membawa sapi dari daerah hingga ke Depokuntuk diperdagangkan telah melalui beberapa kali pemeriksaan kesehatan secara ketat oleh dinas terkait setempat.
"Kalau dalam perjalanan ada sapi tak sehat maka akan dikembalikan. Jadi protokol kesehatannya sangat ketat apalagi saatpandemiini, hewan harus benar-benar sehat," ujarnya.