Jumat 10 Jul 2020 07:13 WIB

Taubatnya Lelaki Penyembah Patung

Kami membacakan beberapa ayat kepadanya, maka tiba-tiba ia menangis

Ustaz Wahyudi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Ustaz Wahyudi

Oleh Ustaz Wahyudi  (Pengasuh lembaga bimbingan Qur'an dan Bahasa Arab Ibnu Abbas (Limbangan, Semarang)

REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Wahid bin Zaid berkata:“ Ketika kami naik perahu, kemudian angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau di tengah laut. Kami turun ke pulau itu dan menjadan mendapati seorang laki-laki sedang bersimpuh menyembah sebuah patung.

Kami berkata kepadanya, diantara kami, para penumpang perahu ini, tidak ada yang melakukan seperti yang kamu lalukan ini’. Dia berkata, ‘kalau demikian , siapa yang kalian sembah ?‘ Kami menjawab, ‘kami menyembah Allah’.

Dia berkata, ‘Siapakah Allah ? Kami menjawab, ‘Dzat yang memiliki istana dilangit dan kekuasaan di muka bumi’. Dia berkata, ‘Bagaimana kamu bisa mengetahui hal itu ?

Kami menjawab, ‘Dzat tersebut mengutus seorang Rasul kepada kami dengan membawa mukjizat yang jelas, maka Rasul itulah yang menerangkan kepada kami mengenai hal itu’.

Dia bertanya, ‘lalu apa yang Dia lakukan terhadap Rasul kalian itu ?Kami menjawab, ‘Ketika Rasul itu telah tuntas menyampaikan risalahNya, Allah mencabut ruhnya, kini utusan itu telah meninggal.

Dia bertanya, ‘Apakah Dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian ?‘Kami menjawab, ‘Dia meninggalkan Kitab Suci Allah untuk kami’,‘dia berkata, ‘Coba perlihatkan Kitab Suci itu kepadaku !’

Kemudian kami memberikan mushaf Alqur’an kepadanya, maka dia berkata, ‘siapa yang bisa membacanya dengan bagus ?’

Kemudian kami membacakan beberapa ayat kepadanya, maka tiba-tiba ia menangis, dan berkata, ‘Tidak pantas Dzat yang memiliki firman ini didurhakai. ! Kemudia ia memeluk agama Islam dan menjadi seorang Muslim yang baik, selanjutnya ia meminta kepada kami agar ikut kedalam perahu, kamipun menyetujuinya lalu kami mengajarkan beberapa surat Alqur’an.

Ketika malam tiba, sementara kami semua sudah berada ditempat tidur kami, tiba- tiba dia bertanya, ‘wahai kalian, apakah Tuhan yang kalian beritahukan kepadaku itu tidur ?’ ‘Kami menjawab, ‘Dia Maha hidup, terus menerus mengurusi makhlukNya, dan tidak pernah mengantuk atau tidur’.

Maka dia berkata, ‘Ketahuilah, bahwa diantara akhlak yang tercela adalah seorang hamba tidur nyenyak dihadapan tuanya’. Dia kemudian melompat, berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian dia terus shalat sambil menangis hingga waktu subuh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement