REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pandemi Covid-19 telah merubah kehidupan manusia secara menyeluruh. Baik di sektor ekonomi, sosial hingga kesehatan. Hal itu mendorong penyesuaian prilaku bagi manusia yang menjalaninya. Dalam proses penyesuaian ini, tidak jarang pikiran negatif datang menghantui pikiran setiap kali menghadapi masalah.
Meski masalah itu belum tentu dialami semua orang, namun apa yang terjadi pada orang lain kerap menjadi bayangan buruk bagi kita. "Kalau tetangga terkena PHK atau Covid-19, berarti saya juga bisa kena," kata Tara de Thouars seorang psikolog klinis, Kamis (9/7) dalam Webinar sukses mengelola keuangan di era new normal yang diselenggarakan Tokio Marine Life Insurance.
Menurutnya, Saat pikiran negatif datang, tubuh akan menerima sinyal bahaya. Hal ini direspons dengan tubuh terasa tegang, keluar keringat dingin pada tangan, asam lambung naik dan lainnya. Sikap berlebih tersebut membuat tubuh tegang, padahal kenyataannya tidak selalu seburuk seperti yang dibayangkan.
Kondisi tersebut merupakan alarm palsu (false alarm) yang apabila terus berulang akan membuat tubuh cepat lelah."Memang sulit menghindari pikiran negatif karena itu berada di bawah alam sadar kita, apa yang difikirkan itulah yang membuat kita cemas,"katanya.
Untuk mengatasinya, sebaiknya harus dipilah mana yang menjadi prioritas untuk diselesaikan dan yang masih bisa ditunda. Apalagi dalam kondisi new normal saat ini, penuh dengan ketidakpastian atas situasi mendatang. Hal tersebut membuat pikiran berangan, termasuk membayangkan masalah keuangan. "New normal banyak kebebasan yang hilang, stres, saat bertemu orang yang dibahas Covid-19 sehingga kecemasan tertular dari orang lain," kata Tara.
Karena itu dibutuhkan sejumlah upaya mengatasinya. Cara pertama adalah mampu bertahan. Setiap orang selalu memiliki kemampuan bertahan, menyesuaikan dengan keadaan yang dialaminya. Kemampuan ini akan memudahkan individu meringankan masalah yang dihadapi. Kedua, berfikir positif. Dengan tetap berfikir positif maka akan muncul pilihan lain dalam menyelesaikan masalah.
Ketiga, manfaatkan bakat terpendam. Kegiatan bekerja dari rumah sering tidak jarang muncul ketrampilan yang selama ini tidak dimunculkan. Seperti keahlian memasak, merapikan rumah dan sebagainya. Keempat, menenangkan diri. Hal ini dapat dilakukan dengan berdoa, yoga, atau langkah sederhana dengan mengambil nafas dalam beberapa kali.
Kelima, buat perencanaan dengan menentukan prioritas karena tidak semua masalah bisa diselesiakan secara bersamaan. Bahkan tidak jarang orang yang berani keluar dari zona nyaman untuk mendapatkan suatu yang lebih besar lain. Tentunya hal tersebut harus melalui perhitungan yang matang termasuk segala risikonya.
Tara juga menyebutkan salah satu masalah terbesar yang dihadapi manusia saat ini adalah keuangan. Menurut riset american psicological association 2018 penyebab stres pertama adalah uang sebanyak 76 persen.
Bahkan menurut Agus Helly, CFP, QWP, Financial Advisor PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia hanya 38 persen masyarakat yang memperoleh literasi keuangan. Selebihnya masih perlu memperoleh literasi. Karena itu perlu perencanaan keuangan yang baik karena ke depan penuh dengan ketidakpastian. "Tidak ada yang abadi dalam hidup, setiap manusia selalu punya insting untuk survive, tinggal dia mau memanfaatkannya atau tidak," kata Agus.
Head of Marketing Communications and Corporate Branding PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia Ferawati Gondokusumo menyampaikan, literasi keuangan mengenai kesiapan masyarakat agar tetap positif dan sukses dalam mengelola keuangan di era new normal sangat dibutuhkan. “ Kami juga memaparkan mengenai peluang mendapatkan penghasilan atau pekerjaan baru dan sebagai duta dalam memberikan literasi keuangan kepada khalayak umum yang lebih luas lagi,” kata Ferawati.