Sabtu 11 Jul 2020 20:38 WIB

Peserta-Panitia UTBK Unpad Rapid Test, 5 Reaktif

Total 184 orang yang dites secara acak kepada peserta dan panitia UTBK Unpad.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Rapid test.  Ilustrasi
Foto: Humas Unhas
Rapid test. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Padjajaran (Unpad) bersama Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Barat mengadakan rapid test yang diikuti peserta dan panitia petugas Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Kampus Jatinangor, Sabtu (11/7). Dari total 184 orang yang dites secara acak sebanyak 5 orang dinyatakan reaktif.

"Hanya ada lima peserta rapid test yang direkomendasikan untuk melakukan tes lebih lanjut, dan yang lainnya dinyatakan nonreaktif," ujar Ketua Satgas Covid-19 Unpad, Med Setiawan, Sabtu (11/7) melalui keterangan persnya.

Ia mengatakan, hasil rapid tes tersebut tidak definitif yang tidak berarti kelima orang yang perlu melakukan tes lanjutan itu terinfeksi Covid-19. Namun, pihaknya

meminta mereka segera melakukan isolasi mandiri dan menjaga protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan rajin mencuci tangan.

"Untuk memastikan kesehatannya, kelimanya akan menjalani tindaklanjut pemeriksaan PCR di Laboratorium Kesehatan Provinsi Jabar di Bandung pada Senin (13/7) mendatang," ungkapnya.

Katanya pemeriksaan merupakan program Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jabar yang mengadakan sampling test di setiap perguruan tinggi yang menjadi lokasi ujian UTBK di Jawa Barat. Ia menambahkan, Unpad akan melakukan tes untuk mengetahui sampai sejauhmana kejadian Covid-19 ini terjadi di dalam kampus.

“Meskipun kami sudah menerapkan protokol kesehatan tetapi karena lokasi tempat tinggal dan hal lain yang bisa mempengaruhi proses infeksi, kami perlu melakukan ini,” ujar Setiawan.

Med menambahkan, hasil rapid test di lingkungan Unpad merupakan upaya preventif yang dilakukandalam menekan penyebaran Covid-19 melalui Aplikasi Mawas Diri (AMARI).

Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad, Dandi Supriadi mengatakan aplikasi tersebut membuat peserta maupun panitia yang memiliki gejala sakit dapat terdeteksi terlebih dahulu sebelum mereka memasuki lingkungan kampus. “Itu sebabnya jumlah peserta tes yang dinyatakan perlu tes lanjutan sangat sedikit,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement