REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 40 SMA sederajat di Kota Sukabumi, Jawa Barat, sudah siap melaksanakan kembali kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah. Sesuai rencana, pelajar tingkat menengah akan masuk pada Senin (13/7).
"Total SMA sederajat di Kota Sukabumi ada 51 unit, tetapi yang baru siap melaksanakan KBM tatap muka langsung di sekolah hanya 40 sekolah," kata Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Jabar Nonong Winarni di Sukabumi, Sabtu.
Menurut Nonong, Dinas Pendidikan Provinsi Jabar sudah melakukan dua tahap verifikasi terkait KBM tatap muka ini. Mereka menerjunkan para pengawas untuk melakukan pemeriksaan kesiapan menggunakan data periksa sesuai dengan surat keputusan bersama (SKB) empat menteri dan mendapati dari 51 sekolah hanya 40 sekolah terverifikasi layak dan boleh menyelenggarakan kegiatan tatap muka.
Data tersebut diserahkan kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Sukabumi. Lembaga tersebut yang menentukan apakah sekolah tersebut layak atau tidak menyelenggarakan KBM tatap muka.
Nonong menjelaskan, proses verifikasi oleh Gugus Tugas kemudian dilakukan sebagai uji kelayakan sekolah menyelenggarakan tatap muka. Sementara itu, dari 10 SMA sederajat yang menyatakan tidak siap melaksanakan KBM tatap muka adalah sekolah berstatus swasta.
"Sekolah yang tidak siap menggelar KBM tatap muka ini karena tidak mempersiapkan, karena tidak menyangka Kota Sukabumi dengan cepat masuk ke dalam zona hijau penyebaran Covid-19, tapi tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut dengan cepat mempersiapkan segalanya agar bisa kembali menggelar pendidikan di sekolah." ujarnya.
Di sisi lain, Nonong mengatakan pihaknya sudah menerjunkan tim pemantau untuk memantau KBM tatap muka di sekolah. Pihak sekolah tidak bisa memaksa muridnya masuk kelas jika ada orang tua murid masih khawatir anaknya kembali masuk sekolah dan memilih untuk belajar di rumah.
Maka dari itu, sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakan KBM tatap muka harus menyediakan program live streaming agar pelajar yang belajar di rumah bisa tetap mengikuti dan tidak ketinggalan pelajaran. Kemudian sarana yang harus disiapkan di sekolah adalah ruang kelas yang dimodifikasi agar jarak antar-pelajar tidak berdesakan dan satu kelas hanya boleh berisi 18 orang, di pintu masuk dan keluar wajib tersedia hand sanitizer maupun wastafel, seluruh guru maupun pelajar wajib diperiksa suhu tubuh dan menggunakan masker.