REPUBLIKA.CO.ID, PESISIR SELATAN -- Elda, salah seorang warga Kecamatan Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, merasa tidak punya pilihan selain melepas anaknya kembali ke sekolah. Elda mengaku cemas ketika dua anak yang sekolah di tingkat SD masuk hari pertama tahun ajaran 2020/2021, Senin (13/7).
"Mau bagaimana lagi. Anak-anak harus sekolah. Pendidikan adalah kebutuhan. Jadinya kami ikut saja bagaimana keputusan pemerintah. Khawatir pasti ada," kata Elda, Senin.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan sudah menerapkan sekolah tatap muka di tingkat SD dan SMP pada hari pertama tahun ajaran 2020/2021, hari ini. Total di Pesisir Selatan sudah ada 458 sekolah SD dan SMP yang mulai hari ini, Senin (13/7) sudah membuka sekolah tatap muka langsung.
Pemkab Pessel membuka sekolah tatap muka langsung karena daerah tersebut termasuk zona hijau Covid-19. Pembukaan sekolah juga mendapat persetujuan kepala daerah, sekolah sudah siap untuk protokol kesehatan, dan persetujuan orang tua.
Agar anaknya terlindungi dari covid-19, Elda membekali anaknya dengan masker, dan menekankan agar kedua anaknya selalu menjaga jarak dengan orang lain di sekolahl. Ia juga membuatkan bekal makan siang agar anaknya tidak jajan sembarangan.
Tidak hanya Elda. Moli, warga Tarusan yang memiliki anak bersekolah di tingkat SMP, mengaku sangat khawatir anaknya sudah harus berangkat lagi ke sekolah saat pandemi belum berakhir.
Moli mengingatkan anaknya agar di sekolah tidak sembarangan menyentuh benda-benda, menjaga jarak, memakai masker dan rutin mencuci tangan. Moli pun juga membuatkan bekal makan siang untuk sang buah hati agar tidak tergoda jajan sembarangan di sekolah.
"Khawatir sekali. Tapi mau bagaimana lagi. Pemerintah maunya begitu. Kita ikuti saja," ujar Moli.
Warga Tarusan lainnya, Rina, mendukung kebijakan Pemkab Pessel membuka kembali sekolah tatap muka langsung. Rina punya dua anak yang sudah sekolah di jenjang SD.
Rina meyakini pihak sekolah sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Selain itu, jumlah siswa yang masuk juga dibatasi supaya mencegah kerumunan.
Siswa dibagi menjadi dua kelompok dan setiap siswa hanya bersekolah tiga hari dalam seminggu. Pada hari lainnya, siswa belajar daring di rumah. Durasi di sekolah dalam satu hari juga singkat yakni sejak pukul 7.30 WIB sampai pukul 10.WIB.
Selain nasi, Rina juga membekali buah hatinya dengan handsanitizer. Hal itu agar anaknya bisa langsung membersihkan tangan setiap selesai menyentuh suatu benda.
"Saya ingatkan anak saya jaga jarak dengan teman-teman. Saya harap tidak ada OTG. Supaya anak-anak kami aman-aman saja di sekolah," kata Rina.