Selasa 14 Jul 2020 17:44 WIB

Gus Miftah: Follow Tokoh dan Akun yang Menenteramkan 

Pemahaman yang salah dan kurang tentang agama harus diluruskan.

Pertemuan Deddy Corbuzier dan Gus Miftah di Pondok Pesantren Ora  Aji, Sleman, DIY, Jumat (21/6). Pertemuan itu terjadi sesaat sebelum Deddy  dibimbing mengucap syahadat.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Pertemuan Deddy Corbuzier dan Gus Miftah di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, DIY, Jumat (21/6). Pertemuan itu terjadi sesaat sebelum Deddy dibimbing mengucap syahadat.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Adanya gejala radikalisasi di kalangan anak muda dan generasi milenial sering kali muncul karena kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama itu sendiri. Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, generasi muda dapat mempelari agama melalui dunia maya. Oleh karena itu diperlukan penanaman nilai-nilai agama yang moderat dan toleran sebagai semangat dari Islam yang rahmatan lil alamin kepada generasi muda.

Tokoh Ulama Muda Nahdatul Ulama (NU) KH Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah mengatakan bahwa dirinya saat ini memang melihat adanya pemahaman yang kurang dalam memahami agama khususnya dari kalangan generasi muda. Apalagi kalau generasi muda tersebut memahami agama melalui dunia maya atau media  sosial (medsos).

"Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini terjadi, orang melakukan tindak kekerasan dan aksi terorisme itu karena kurang memahami agamanya. Apalagi sekarang dengan adanya medsos, saran saya kepada generasi muda, tolonglah folllow tokoh-tokoh atau akun-akun yang menenteramkan. Kita boleh berguru kepada siapapun tapi tentunya kepada guru yang bisa menyelamatkan kita bukan yang malah menjerumuskan," ujar Gus Miftah beberapa waktu lalu.

Gus Miftah mengatakan bahwa pada dasarnya semua pengajian itu baik. Tetapi pengajian yang jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan itulah yang tidak harus diikuti. "Kalau pengajian itu sudah menyimpang dari norma-norma dan etika kebangsaan tentunya tidak harus kita ikuti. Apalagi kan sekarang ada juga pengajian online. Jadi selektiflah dalam memilih dan ketika bermedsos," tuturnya.

Gus Miftah yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Sleman, Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa pemahaman yang salah dan kurang tentang agama ini harus diluruskan. Dan tentunya juga meluruskannya pun harus dengan cara-cara atau metode yang relevan sesuai dengan kondisi saat ini.

"Karena itu kita harus meluruskannya dengan cara-cara hari ini, karena metode dakwah itu sendiri memang selalu berkembang. Zaman kanjeng nabi bil lisan melalui lisan, zaman sahabat sudah melalui tulisan bil qalam, zaman walisongo bil budaya dan hari ini bil medsos atau dakwah melalui medsos,” ucap alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

Oleh karena itu menurut Gus Miftah, untuk memberikan pemahaman yang benar dan menjauhkan agama dari kekerasan maka kita harus meletakkan budaya dan agama secara benar. Karena kalau meletakkan budaya dan agama secara benar maka secara tak langsung akan menjauhkan agama itu dari kekerasan.

"Karena memang agama itu tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan mengagamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Alquran dan hadist tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia," kata Gus Miftah.

Pria kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 ini berpendapat bahwa agar dapat mengajak orang-orang bisa  mencintai agama dan mau pergi ke tempat pengajian adalah dengan dengan membuat pengajian yang bisa  menyenangkan bagi orang-orang itu.

"Saya sering mengatakan begini, orang yang datang ke dunia malam itu orang susah yang mencari senang. Kenapa mereka mencari kesenangan di tempat hiburan malam? Karena mereka tidak mendapatkan kesenangan di tempat pengajian. Maka kemudian jadikanlah pengajian itu pengajian yang menyenangkan agar mereka mau dating. Kita sentuh hatinya, itu pendekatan yang saya lakukan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Gus Miftah menyampaikan, cara menyampaikan Islam agar dianggap sebagai agama yang menyenangkan tentunya adalah dengan menunjukkan akhlak yang menyenangkan, bukan akhlak menakutkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement