Selasa 14 Jul 2020 22:59 WIB

Zona Merah Berkurang, Masyarakat Diharapkan Tetap Waspada

Gugus Tugas menyebut meski zona merah turun ada 8 provinsi dengan penularan tinggi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengklaim, sejak pertama kali zonasi diumumkan yaitu 31 Mei 2020 hingga saat ini, terjadi perkembangan yang membaik.
Foto: Istimewa
Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengklaim, sejak pertama kali zonasi diumumkan yaitu 31 Mei 2020 hingga saat ini, terjadi perkembangan yang membaik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kembali memberikan perkembangan terbaru terkait pemetaan zonasi risiko daerah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim, pergerakan zonasi risiko daerah terpapar virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) mengalami perubahan yang lebih baik. 

Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengklaim, sejak pertama kali zonasi diumumkan yaitu 31 Mei 2020 hingga saat ini, terjadi perkembangan yang membaik.

“Selama tujuh pekan terakhir terjadi perkembangan yang sangat signifikan, Jika di akhir Mei zona merah (risiko tinggi) tersebar di 108 kabupaten/kota, kini per tanggal 12 Juli 2020 zona merah hanya tersebar di lima puluh lima kabupaten /kota,” kata Wiku saat konferensi pers virtual akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema Update Zonasi, Selasa (14/7). 

Selain itu untuk terdapat daerah yang bisa mengubah zonasinya dari zona tinggi menjadi zona tidak terdampak.“Jika melihat zona hijau (tidak terdampak) cukup banyak daerah di Indonesia yang mengubah zonasinya dari zona tinggi, sedang dan rendah untuk menjadi zona tidak terdampak atau tidak ada kasus,” ujarnya.

Wiku yang merupakan pakar epidemologi menyatakan, meskipun menunjukan trend membaik, masyarakat diharapkan tetap waspada.“Meskipun kecenderungan selama tujuh minggu terakhir terjadi peningkatkan yang baik, tetapi kewaspadaan tetap harus dijaga agar makin lama makin membaik lagi,” katanya.

Sementara itu Wiku menjelaskan, delapan provinsi yang menjadi perhatian dikarenakan jumlah kasus yang tinggi. Provinsi yang menjadi perhatian karena jumlah kasus tinggi dan insidensinya tinggi, per tanggal 12 Juli 2020, meliputi Jawa Timur 16.658 kasus,  DKI Jakarta 14.517 kasus, Sulawesi Selatan 6.973 kasus, Jawa Tengah 5.473 kasus, Jawa Barat 5.007 kasus, Kalimantan Selatan 4.146 kasus, Sumatera Utara 2.323 kasus, dan Papua 2.267 kasus. Total dari delapan provinsi ini 74 persen dari seluruh kasus di Indonesia.

Wiku mengimbau untuk meningkatkan pemeriksaan, pelacakan dan pengobatan di delapan provinsi tersebut, guna menurunkan jumlah kasus di tiap provinsinya.

“Perlu ditingkatkan tiga T yaitu Testing, Tracing dan Treatment. Dengan harapan kasus ini akan bisa menurun dan lebih baik dan kondisi Indonesia secara keseluruhan lebih baik,” ujarnya. Ia juga berpesan agar Kerjasama antar pihak diperlukan dan selalu menerapkan protokol Kesehatan dimanapun dan kapanpun.

“Pimpinan daerah dan masyarakat mari bekerja sama agar seluruh wilayah di Indonesia menjadi membaik dengan cara menerapkan protokol Kesehatan yang dijalankan secara individu ataupun kolektif,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement