REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat Timur Tengah Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai upaya Presiden Turki Tayyip Erdogan menetapkan monumen era Bizantium Hagia Sophia menjadi masjid untuk menunjukkan eksistensi. Termasuk memperlihatkan kekuasaannya di mata dunia.
"Jadi semacam 'show of force' atau unjuk kekuasaan pada dunia yang bisa dia miliki adalah dengan mengubah Hagia Sophia," kata Mutiah di Yogyakarta, Rabu (15/7).
Melalui cara itu, kata dia, Erdogan juga berusaha menunjukkan eksistensi Turki di mata dunia. Khususnya negara-negara Eropa karena negara bekas Kekaisaran Usmani atau Ottoman itu berulang kali ditolak masuk menjadi anggota Uni Eropa.
Menurut Mutiah, kendati banyak protes dari sejumlah negara, upaya yang ditempuh Erdogan legal karena bangunan itu berada di wilayah Turki. Apalagi, Pengadilan Tinggi Turki juga telah membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum.