REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ahli astronomi mengonfirmasi bahwa alam semesta berusia 13,8 miliar tahun. Mereka mendapatkan angka itu setelah mempelajari cahaya paling tua yang ada di langit menggunakan Teleskop Kosmologi Atacama yang terletak di Cerro Toco, Gurun Atacama, Chili.
Penelitian ini dilakukan 140 astronom dari 41 institusi dan tujuh negara dengan National Science Foundation’s Atacama Cosmology Telescope (ACT). Mereka mempublikasikan hasil riset itu ke dalam dua makalah di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics pada Rabu (15/7).
Tim itu menjelaskan, pengukuran dilakukan terhadap radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis (CMB) yang diyakini sebagai cahaya tertua di alam semesta. CMB dianggap sebagai sisa-sisa dari Big Bang, konsep yang menjelaskan soal pembentukan alam semesta.
"Kami sedang mengembalikan 'foto bayi' alam semesta ke kondisi aslinya, menghilangkan keausan waktu dan ruang yang mendistorsi gambar," kata Neelima Sehgal, anggota tim ACT, sebagaimana dilansir UPI.
Mereka mempelajari bagian ruang berdiameter 20 miliar tahun cahaya dengan variasi cahaya yang dipancarkan sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang. Hasilnya adalah gambar alam semesta dari 13,8 miliar tahun yang lalu.
Mereka menyatakan, perhitungan tersebut sejalan dengan perkiraan yang dibuat Organisasi Antariksa Eropa menggunakan data satelit Planck pada 2015 lalu.
"Sekarang kami telah menemukan jawaban di mana Planck dan ACT sama-sama setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran yang sulit ini dapat diandalkan," kata Simone Aiola, anggota tim ACT.