Kamis 16 Jul 2020 11:04 WIB

Ini Strategi Pembukaan Kembali Pariwisata di Era New Normal

Protokol kesehatan jadi dasar utama dalam mengembangkan wisata era normal baru.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Wisatawan berswafoto dengan latar belakang Danau Rawa Pening di wisata Eling Bening, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (12/7). Wisatawan mulai memadati tempat wisata saat era normal baru yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Wisatawan berswafoto dengan latar belakang Danau Rawa Pening di wisata Eling Bening, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (12/7). Wisatawan mulai memadati tempat wisata saat era normal baru yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Indonesia menjadi satu dari banyak negara yang berjuang untuk kembali memulihkan sektor ini, dengan tetap menerapkan standar kesehatan guna mencegah potensi wabah lebih lanjut.

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mempersiapkan pembukaan kembali pariwisata Indonesia di era new normal atau normal baru selama pandemi Covid-19. Program CHS (Cleanliness, Health, and Safety) menjadi agenda yang disusun guna membangun kepercayaan orang-orang yang melakukan perjalanan ke sejumlah destinasi wisata di Nusantara.

Baca Juga

Sesuai dengan namanya, CHS adalah program kebersihan, kesehatan, dan keamanan yang nantinya melibatkan seluruh pemangku kepentingan industri pariwisata dan ekononomi kreatif, serta lembaga terkait lainnya. Ini menjadi strategi di sektor pariwisata Indonesia yang membuat masyarakat dapat aman dari Covid-19. 

“Ada beberapa tahapan dari implementasi protokol yang ditetapkan Kemenparekraf. Tentunya harus dilakukan komunikasi dalam mempromosikan safety travelling ini, sebagai masa depan pariwisata,” ujar Nia Niscaya, deputi bidang pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf, dalam webinar Indonesia Tourism Forum (ITF) berjudul pada Rabu (15/7). 

Kemenparekraf juga berupaya untuk membangun kepercayaan para pelaku industri pariwisata, serta mempersiapkan fasilitas-fasilitas yang terkait serta penunjang sektor ini. Mulai dari akomodasi, restoran, transportasi, serta tempat-tempat yang menjadi destinasi risata itu sendiri dipersiapkan dengan protokol CHS. 

Menurut Nia, strategi komunikasi yang dilakukan Kemenparekraf memiliki tiga tujuan utama. Mulai dari meminimalisir rasa cemas orang-orang untuk kembali berwisata, menghilangkan stigma negatif dari kegiatan ini, hingga memberi insiprasi dalam berwisata. 

Strategi komunikasi dari Kemenparekraf ini disebut dengan InDOnesia CARE yang bertujuan membuktikan protokol CHS telah diterapkan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta seluruh pelaku industri di dalamnya. Para wisatawan juga akan diberi edukasi pentingnya menerapkan protokol kesehatan selama melakukan kegiatan ini, dengen aman dan nyaman. 

“Untuk meminimalisasi stigma negatif, edukasi terhadap wisatawan sangat penting. Protokol kesehatan dasar menjadi yang utama, yatu memakai masker, rutin mencuci tangan, dan mempertahankan untuk menjaga jarak fisik,” jelas Nia. 

Nia mengungkapkan bahwa protokol kesehatan menjadi hal yang utama dalam pariwisata, sebagai bagian dari masa depan industri ini setelah pandemi. Selain itu, Kemenparekraf juga menyarankan adanya travel flexibility yang membuat orang-orang untuk mengatur jadwal bepergian dengan lebih mudah. Tak ketinggalan, referensi destinasi wisata yang nyaman untuk dikunjungi secara individual atau tidak berkelompok menjadi salah satu yang perlu diberikan, mengingat keramaian adalah hal yang cenderung dihindari saat ini. 

Meski belum dapat dipastikan, Indonesia diharapkan dapat kembali membuka pariwisata untuk wisatawan internasional pada Desember ini. Nia mengatakan agenda Bali Democratif Forum (BDF) pada akhir tahun ini masih ada dalam jadwal dan jika dilaksanakan, ini diharapkan juga sekaligus membuka perbatasan yang diterapkan pada turis mancanegara selama pandemi. 

"Indonesia secara bertahap untuk membuka kembali pariwisata. Sejauh ini BDF masih ongoing schedule dan diharapkan ini sekaligus bisa membuka perbatasan bagi wisatawan internasional, meski belum dapat dipastikan karena situasi pandemi saat ini," kata Nia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement