REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah konsorsium ilmuwan internasional telah menyelesaikan survei bersama untuk analisis kosmos beberapa juta galaksi dan quasar untuk membuat peta 3D terbesar Semesta. Selama enam tahun, survei yang dikenal sebagai Extended Baryon Oscillation Spectroscopic Survey (eBOSS) dilakukan.
Sebagian besar proyek dipimpin oleh Jean-Paul Kneib, astrofisikawan dari Institut Teknologi Lausanne (EPFL). Peta 3D adalah buah dari kolaborasi 20 tahun dengan ratus ilmuwan dari 30 lembaga berbeda di seluruh dunia.
Menggunakan data yang dikumpulkan dari teleskop optik yang berlokasi di New Mexico di Amerika Serikat (AS). Peta ini dirilis pada 20 Juli sebagai 20 publikasi ilmiah.
“Pada 2012, saya meluncurkan proyek eBOSS dengan ide untuk menghasilkan peta 3D alam semesta yang paling lengkap sepanjang masa, mengimplementasikan untuk pertama kalinya objek langit yang menunjukkan distribusi materi di alam semesta yang jauh, galaksi yang aktif membentuk bintang dan quasar,” Jean-Paul Kneib dalam sebuah pernyataan, dilansir Swiss Info, Senin (20/7).
EPFL mengatakan survei didasarkan pada data yang ada dari 1998 dan mengisi celah dalam sejarah kosmologis untuk meningkatkan pemahaman tentang mekanisme yang mendasari ekspansi Alam Semesta. Para ilmuwan mengatakan Big Bang yang memunculkan Semesta terjadi 13,8 miliar tahun lalu.
Dalam menyelesaikan survei, para peneliti mengukur pola berulang dalam distribusi galaksi untuk mengidentifikasi beberapa parameter kosmologis kunci, termasuk kepadatan materi gelap hipotetis dan energi di alam semesta. Pernyataan EPFL mengatakan tim mempelajari pelacak galaksi yang mengungkapkan distribusi massa.
Untuk bagian peta yang berkaitan dengan enam miliar tahun lalu, tim ilmuwan mengamati galaksi tertua dan paling merah. Sementara, untuk era lebih jauh, mereka berkonsentrasi pada galaksi termuda, galaksi biru.
Untuk kembali lebih jauh ke sebelas miliar tahun, quasar, galaksi yang lubang hitam super-masifnya sangat bercahaya adalah yang diteliti.