REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thermometer gun atau thermogun kerap digunakan masyarakat sebagai salah satu pelengkap protokol kesehatan. Alat ukur suhu dengan metode non kontak ini digunakan di perkantoran, sekolah hingga pasar.
Direktur Standar Nasional Satuan Ukuran Termoelektrik dan Kimia Badan Standardisasi Nasional (BSN), Ghufron Zaid menjelaskan, ada dua jenis thermogun yang beredar di masyarakat, yaitu thermogun klinik untuk mengukur suhu tubuh manusia dan thermogun industri. “Pada dasarnya, kedua termometer non kontak ini memiliki prinsip yang sama, yaitu menangkap panas yang dipancarkan oleh obyek ukur,” ujar dia lewat keterangan tertulis kepada Republika, Selasa (21/7).
Ghufron menerangkan, secara alami dan sesuai dengan hukum fisika, setiap benda – termasuk tubuh manusia – akan memancarkan panas. “Panas inilah yang kemudian ditangkap oleh sensor yang ada di dalam thermogun tersebut,” terang Ghufron. Tidak heran, thermogun juga dikenal dengan nama Infrared thermometer, karena panas yang dideteksi oleh sensor tersebut berada pada panjang gelombang cahaya infra merah (infrared).
Adapun perbedaan antara thermogun klinik dan thermogun industri adalah rentang ukur dan jarak ukurnya. Thermogun klinik mempunyai rentang ukur 32 - 42 °C, dengan akurasi sampai dengan 0,2 °C Sedangkan thermogun industri mempunyai rentang ukur yang lebih besar, sampai dengan 500 °C atau lebih, dengan akurasi sampai dengan 1,5 °C.
Agar akurat, jarak ukur thermogun klinik tidak bisa terlalu jauh. Pada umumnya pabrikan memberikan informasi tersebut di dalam manualnya yang berkisar antara 1 cm hingga 10 cm. Berbeda dengan thermogun klinik, thermogun industri dapat digunakan untuk mengukur suhu dari jarak jauh.
Thermogun industri dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang sulit dijangkau tangan manusia seperti karena letaknya yang tinggi (misalnya trafo listrik) atau benda yang berbahaya untuk didekati karena suhunya sangat tinggi, misalnya pada proses peleburan logam. Untuk membantu mengarahkan thermogun industri tepat ke titik pengukuran dengan lebih baik, maka pabrikan melengkapinya dengan laser. “Jadi laser di sini hanya dipakai untuk membantu mengarahkan atau alignment saja, bukan untuk mengukur suhu benda yang diukur,” terang Ghufron.
Sebagai alat ukur, termogun harus dipastikan kebenaran hasil pengukurannya. Menurut dia, hasil pengukuran tersebut akan digunakan oleh tenaga medis untuk mendiagnosa pasien. Kesalahan diagnosa dapat berakibat kesalahan treatment. "BSN melalui SNSU menyediakan layanan kalibrasi yang tertelusur ke Sistem Internasional," terang Ghufron.
Untuk itu, Ghufron melanjutkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan pengukuran suhu tubuh menggunakan thermogun sebagai salah satu rangkaian protokol kesehatan. “Penggunaan thermogun klinik secara benar tidak membahayakan pasien maupun petugas medis,” tegas Ghufron. Ia pun mengingatkan agar masyarakat menggunakan thermogun jenis klinik untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih baik daripada thermogun industri.