Ahad 26 Jul 2020 01:26 WIB

Pertamina dan Jurnalis Beri Pelatihan TI untuk Pelajar

Pelatihan agar anak tak hanya menguasai teori di sekolah

Pertamina
Foto: borneomagazine.com
Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- PT Pertamina Geothermal Energi berkolaborasi dengan jurnalis untuk menggelar kegiatan mengajari pelajar tingkat SMA agar tetap kreatif memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan media sosial dalam situasi adaptasi kebiasaan baru (AKB) wabah COVID-19 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (25/7).

Kegiatan tersebut tidak hanya dihadiri kalangan pelajar SMA, tetapi ada dari mahasiswa dan masyarakat umum yang dilaksanakan secara daring dan tatap muka terbatas di ruangan SMK Kadipaten area operasional Pertamina Geothermal Energi Karaha.

Baca Juga

Manajer Pertamina Geothermal Energi Area Karaha, Roy Bandoro Swandaru, mengatakan kegiatan tersebut upaya perusahaan dan jurnalis dalam mendorong anak-anak agar tidak hanya menguasai teori di sekolah, tapi mempunyai keterampilan lain untuk bekal setelah lulus sekolah. Ia berharap, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan tersebut bisa dipraktikan, bahkan menjadi sumber pendapatan bagi anak-anak usia sekolah.

"Melalui program Pertamina Cerdas, di sinilah kami hadir memfasilitasi anak untuk menjawab tantangan tersebut," kata Roy.

Sementara itupemateri dari kalangan jurnalis yakni dari media televisi nasional, Radio Republik Indonesia (RRI) dan juga wartawan foto dari Lembaga Kantor Berita Nasional Antara yang bertugas di Kabupaten/Kota Tasikmalaya.

Pemateri dari jurnalis RRI, Nova Nugraha menyampaikan tentang dasar-dasar jurnalistik, termasuk kode etik dan muatan informasi yang mengandung kepentingan orang banyak.

"Jadi berita itu harus memiliki kepentingan bagi orang banyak," kata Nova di hadapan kalangan pelajar yang hadir secara tatap muka maupun daring.

Sedangkan pemateri dari wartawan foto Adeng Bustomi menyampaikan tentang makna foto jurnalistik di media massa harus memiliki kepentingan publik dari segala kejadian fakta di lapangan.

Adeng juga menyampaikan tentang perbedaan foto jurnalistik dengan foto viral. Foto jurnalistik merupakan karya wartawan yang dipublikasikan melalui media massanya, sedangkan foto viral disebar oleh masyarakat melalui media sosial, meski ada juga foto jurnalistik yang diviralkan oleh pengguna media sosial.

Semua orang, lanjut Adeng, dengan kemudahan teknologi bisa memotret, tapi tidak semua orang mengemas foto menjadi sebuah informasi yang memiliki makna untuk kepentingan publik atau memenuhi unsur 5W+1H.

"Foto tidak hanya mengejar 'follower', 'like' tapi bagaimana foto itu berpesan dan membawa perubahan dan bisa bermanfaat bagi para netizen," katanya.

Sementara itu, selama pelatihan, peserta tidak saja mendapatkan informasi seputar kegiatan pengelolaan panas bumi menjadi listrik dan pengetahuan jurnalis tingkat dasar, namun berkesempatan mendapatkan sejumlah hadiah dari hasil karya yang telah dibuat sebelumnya dan dinilai oleh tim juri.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement