Warga berjualan di trotoar dengan latar belakang mural imbauan menjaga sungai di kawasan aliran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Senin (27/7). Pada peringatan Hari Sungai Nasional yang diperingati setiap tanggal 27 Juli kondisi sungai Ciliwung masih dipenuhi sampah serta digunakan sebagai faslitias mandi, cuci kakus (MCK) yang berdampak pada pencemaran sungai akibat minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Warga berjualan di trotoar dengan latar belakang mural imbauan menjaga sungai di kawasan aliran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Senin (27/7). Pada peringatan Hari Sungai Nasional yang diperingati setiap tanggal 27 Juli kondisi sungai Ciliwung masih dipenuhi sampah serta digunakan sebagai faslitias mandi, cuci kakus (MCK) yang berdampak pada pencemaran sungai akibat minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Warga berjualan di trotoar dengan latar belakang mural imbauan menjaga sungai di kawasan aliran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Senin (27/7). Pada peringatan Hari Sungai Nasional yang diperingati setiap tanggal 27 Juli kondisi sungai Ciliwung masih dipenuhi sampah serta digunakan sebagai faslitias mandi, cuci kakus (MCK) yang berdampak pada pencemaran sungai akibat minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai sebuah sumber peradaban manusia sungai memiliki nilai vital sepanjang sejarah. Bahkan setiap 27 Juli Pemerintah memperingatinya sebagai hari Sungai Nasional.
Namun pada praktiknya di lapangan perlakuan warga terhadap sungai di tanah air masih jauh panggang dari api. Mural pun menjadi media yang mengajak warga untuk kembali mencintai dan memperlakukan sungai sebagai mana mestinya.
Advertisement