Senin 27 Jul 2020 22:31 WIB

Pakar: Kesehatan Santri dan Anak Asrama Penting Dijaga

Pencegahan santri dan anak asrama terkena Covid-19 adalah yang utama.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Santriwati menjalani pemeriksaan sebelum memasuki kawasan Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (20/7/2020). Untuk gelombang pertama Pesantren Tebuireng mengundang 578 dari total 976 santri kelas akhir yang telah mengisi formulir kesediaan kembali ke Ponpes, mereka selanjutnya akan menjalani karantina selama sepuluh hari kedepan sebelum masuk asrama.
Foto: ANTARA/SYAIFUL ARIF
Santriwati menjalani pemeriksaan sebelum memasuki kawasan Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (20/7/2020). Untuk gelombang pertama Pesantren Tebuireng mengundang 578 dari total 976 santri kelas akhir yang telah mengisi formulir kesediaan kembali ke Ponpes, mereka selanjutnya akan menjalani karantina selama sepuluh hari kedepan sebelum masuk asrama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K) menyebutkan pembukaan pesantren dan sekolah asrama di tengah pandemi harus dilakukan dengan hati-hati. Ia merekomendasikan agar pesantren dan sekolah asrama dibuka setelah kondisi sudah masuk ke masa kebiasaan baru.

"Karena kesehatan santri ini yang perlu kita jaga,” tutur Sri saat webinar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Sabtu (25/7).

Baca Juga

Secara jumlah, menurut Sri, santri dan siswa asrama memiliki angka yang banyak yang kemudian berkumpul menjadi satu. Lalu, pendidikan tradisional maupun modern dilakukan secara bersama. Ibadah pun dilakukan secara bersama.

"Tentu kita harus membuat anak-anak itu tetap sehat, apalagi zaman sekarang yang banyak infeksi seperti ini. Pencegahan adalah yang utama,” jelas Sri.

Berdasarkan data Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, jumlah pesantren di Indonesia mencapai 28 ribu lebih. Sementara dalam satu pesantren kemungkinan terisi sekitar 3.000 santri atau anak sekolah asrama.

Dalam kehidupan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah bersama, menurut Sri, ada interaksi di antara mereka. Interaksi itu melibatkan tiga faktor penularan penyakit, yaitu anak sebagai host (penjamu), hal-hal atau peristiwa yang terjadi kepada anak-anak sebagai faktor penyebab penyakit (agent), dan faktor lingkungan.

Ketiga faktor ini, menurut Sri, berinteraksi dan pasti memiliki satu pemenang. Oleh sebab itu, jika host sehat dan memiliki imun yang baik, maka agent atau lingkungan akan kalah.

“Tetapi jika lingkungannya sendiri sudah tidak baik, host bisa menderita penyakit. Jadi interaksi ketiga faktor ini menjadi sangat penting,” jelas Sri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement