REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN – Pembahasan terkait ancaman Negara Islam Irak Suriah (ISIS) maupun kelompok teroris jihadis bagi Afrika Selatan telah menjadi topik perdebatan selama beberapa waktu. Pertanyaan akan keseriusan ancaman ini muncul dengan sarat muatan ideologis dan politis, serta provokasi emosi yang kuat.
Selama beberapa bulan terakhir, perdebatan ini naik ke tingkat yang berbeda. Bersamaan dengan meningkatnya kebrutalan ISIS dalam pemberontakan brutal di Provinsi Cabo Delgado, paling utara di Mozambik.
Meski tujuan utama dari pemberontakan itu masih kabur, ISIS selama beberapa bulan terakhir mengajukan klaim atas serangan yang terjadi. Para ekstremis, umumnya mengklaim diri sebagai Ahlu Sunnah Wal Jamaah, telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS.
Jurnalis hubungan luar negeri, Peter Fabricius, mencoba membuat analisis untuk hal ini. Ia menyebut keterlibatan ISIS di Mozambik utara tampaknya menjadi hal yang akhirnya menyadarkan Pemerintah Afrika Selatan untuk menghentikan pemberontakan. Pemberontakan ini dimulai Oktober 2017 dan telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Dilansir di Eurasia Review, Rabu (29/7), selama pertemuan video yang dilakukan komite parlemen pada Mei, Menteri Hubungan dan Kerjasama Internasional, Naledi Pandor, mengungkapkan pemerintahnya dan Mozambik sedang berdiskusi tentang bagaimana Afrika Selatan dapat membantu Maputo melawan pemberontakan.
Pada saat itu, perusahaan militer swasta Afrika Selatan, Dyck Advisory Group, sudah sangat terlibat di pihak pemerintah Mozambik. Sebagian besar mereka melakukan serangan udara dengan pesawat ringan.
Pandor tampaknya telah membiarkan kucing keluar dari tas. Beberapa pekan kemudian, rekan pertahanannya, Nosiviwe Mapisa-Nqakula, tidak memberikan rincian kepada Parlemen tentang apa yang dilakukan atau direncanakan oleh Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan (SANDF) di Mozambik.
Spekulasi lantas berkembang, dengan saran bahwa Pasukan Khusus SANDF dan skuadron reaksi maritim sudah dalam perjalanan ke lapangan.
Bulan lalu, ISIS menerbitkan tulisan di buletin online al-Naba. Dalam bahasa Arab, kelompok ini mengeluarkan peringatan. Jika Afrika Selatan melakukan intervensi militer di Cabo Delgado, maka hal tersebut mengakibatkan dorongan bagi tentara ISIS untuk membuka pintu pertempuran di dalam perbatasannya, dengan izin dari Allah SWT.
Akhir pekan lalu, Menteri Intelijen Afrika Selatan, Ayanda Dlodlo, mengatakan kepada News24 bahwa ia menerima ancaman ISIS dengan sangat serius. "Ancaman seperti itu tidak bisa dibiarkan. Kami tidak akan menganggap mereka sebagai ancaman kosong. Kami memiliki tanggung jawab untuk mengamankan orang-orang kami," ujarnya dilansir di Eurasia Review.
Para ahli di Institute for Security Studies (ISS) juga memperingatkan jika ancaman terhadap Afrika Selatan sangat serius. Willem Els, Koordinator Pelatihan Senior ISS, mengatakan pengalaman Danau Chad Basin dan Sahel menunjukkan tidak bijaksana untuk mengabaikan ancaman ISIS, meskipun ini juga bukan waktu untuk mengakibatkan kepanikan publik.
Els menyebut yang dibutuhkan saat ini adalah pemulihan kapasitas di badan intelijen yang sangat dirusak selama pemerintahan sebelumnya. Kontrol yang lebih ketat atas perbatasan negara yang sebagian besar keropos juga penting.
Dia menyarankan jika Afrika Selatan terlibat dalam Cabo Delgado, harus dilakukan hanya melalui intervensi regional melalui Komunitas Pengembangan Afrika Selatan (SADC) dari Uni Afrika. Ini akan mengurangi fokus pada Afrika Selatan.
Pada 19 Mei lalu, petinggi politik, pertahanan, dan bagian keamanan SADC bertemu di Harare dan memberi lampu hijau bagi para anggotanya untuk memberikan bantuan militer ke Mozambik. Namun, tidak ada spesifik intervensi regional yang disebutkan.
Koordinator Regional ISS untuk Afrika Selatan dalam proyek kejahatan terorganisir ENACT, Martin Ewi, setuju bahwa ancaman ISIS tidak seharusnya dianggap enteng. Ini karena kelompok teror tersebut telah melakukan ancaman serupa di tempat lain.
Pada 2014, Ewi mengatakan Boko Haram telah memperingatkan Kamerun untuk tidak bergabung dengan Nigeria dan negara-negara Lembah Danau Chad lainnya dalam perang melawan ISIS. Ketika pemerintah gagal mengindahkan peringatan itu, beberapa serangan dikirimkan ke Kamerun.
Peter Fabricius, selaku konsultan ISS, mengatakan Kenya mungkin menawarkan preseden yang paling jitu untuk Afrika Selatan. Sejak mengirim pasukan melintasi perbatasan ke Somalia untuk melawan al-Shabaab pada 2011, negara itu telah menerima berbagai serangan balasan di tanahnya sendiri oleh kelompok teror, di mana banyak warga sipil tewas.
Ewi mengatakan ISIS memiliki sel-sel yang tertidur di Afrika Selatan, serta telah merekrut orang Afrika Selatan ke dalam jajarannya. Beberapa ekstrimis ini bertempur dengan kelompok di Suriah, terlibat di Cabo Delgado dan yang lain berusaha merendah di berbagai kota di negara itu.
Ewi lantas menyarankan Pretoria untuk memperketat kontrol perbatasan dan pengawasan, mengidentifikasi populasi yang rentan dan infrastruktur kritis, memperkuat pembagian intelijen regional dan memperkuat mekanisme respons awal.
Para ahli telah menyarankan semua lembaga negara Afrika Selatan yang relevan, seperti intelijen, polisi dan otoritas penuntut harus meningkatkan keahlian kontra-terorisme mereka. Jika suatu serangan benar-benar terjadi, negara harus bereaksi dengan cepat. Tujuannya untuk menangkap dan menuntut para tersangka serta mengirim pesan pencegahan yang kuat.
Namun, tidak semua orang yakin tentang besarnya ancaman yang dimiliki ISIS. Jasmine Opperman, seorang analis terorisme di Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), meyakini peringatan yang diunggah di situs web sebelummya, sebagian besar adalah propaganda.
Dia tidak melihat bibit-bibit ISIS di Afrika Selatan melakukan serangan seperti yang dilakukan beberapa kelompok teroris lainnya.
Namun, Opperman mengakui peringatan ISIS sebagian merupakan upaya untuk menginspirasi serangan individual di Afrika Selatan. Sesuatu ini harus diperhatikan badan intelijen dengan serius. Tetapi, dia mempertanyakan apakah pemerintah siap dan mampu melindungi warganya.
Yang mengkhawatirkan adalah hubungan langsung antara elemen-elemen ISIS di Afrika Selatan dan di Mozambik telah terdeteksi. Sebagai contoh, sumber keamanan telah mengungkapkan dua kaki tangan tersangka ISIS di Afrika Selatan diidentifikasi oleh pejabat Afrika Selatan dalam sebuah foto yang baru-baru ini diposting oleh pemberontak Cabo Delgado. Keduanya terkait dengan kasus hukum yang sedang berlangsung di Afrika Selatan.
Karena itu, tidak masuk akal untuk khawatir para pemberontak Mozambik ini atau lainnya akan menyeberang ke atau kembali ke Afrika Selatan dengan niat bermusuhan. Pretoria menghadapi dilema nyata.
Tampaknya akan menjadi masalah baik Afrika Selatan ikut campur maupun tidak. Karena, menjauhi Mozambik berarti melihat pemberontakan di sana terus tumbuh.